BALIKPAPAN, KOMPAS.com - Sampah plastik menyerbu konservasi mangrove di Kelurahan Margomulyo, Kecamatan Balikpapan Barat, Balikpapan, Kalimantan Timur.
Botol minuman, kotak kemasan, bekas bungkus makanan, bahkan styrofoam bertebaran seantero kawasan. Tumpukannya makin meninggi saat air surut.
"Sampah seperti tidak pernah berhenti dan datang terus setiap kali air pasang," kata Dian Aryo, siswa kelas 1 Sekolah Menengah Atas Negeri 8 Balikpapan, Jumat (10/2/2017).
Kawasan konservasi mangrove Margomulyo lebih dikenal warga sebagai hutan bakau SMA 8. Hutan ini merupakan beranda belakang dari kompleks SMA Negeri 8 Balikpapan.
Di tempat itu, sesekali terdengar keriuhan suara monyet hidung belanda atau bekantan (Nasalis larvatus).
Pihak sekolah bekerja sama dengan Badan Lingkungan Hidup Balikpapan dan kelompok tani di sekitarnya merawat keberadaan hutan bakau tersebut.
Hutan ini muncul dari keprihatinan warga Margomulyo atas pembukaan masif pada pesisir untuk kegiatan industri dan pemukiman.
Sejak sekolah berdiri pada 2004, siswa ikut aktif merawat kawasan itu. Semula luasnya hanya 5 hektar.
Pemerintah kemudian menambah luas dengan menetapkan sebagai kawasan lindung dengan luas sampai 21 hektar.
Sebagai upaya perawatan, kawasan itu dipagari, diberi jalan pijakan berupa jembatan 1 meteran dan dibangun mengeliling sampai 1,5 kilometer.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan