Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Merajut Persatuan dalam Kirab Cap Go Meh di Magelang

Kompas.com - 11/02/2017, 19:37 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana

Penulis

MAGELANG, KOMPAS.com - Cap Go Meh 2568/2017 yang diselenggarakan pengurus Yayasan Tri Bhakti di Magelang dikemas dalam bentuk kirab budaya yang diikuti oleh sekitar 15 kelompok seni tradisional dari Kota maupun Kabupaten Magelang.

Meski sempat diguyur hujan namun tidak menyurutkan antusias peserta dan masyarakat untuk mengikuti acara ini hingga usai. Beragam atrakasi ditampilkan oleh para peserta, mulai dari atraksi Barongsai yang menjadi ikon Cap Go Meh, hingga seni tradisional dari masyarakat setempat.

Seperti Jathilan, Topeng Ireng, Dayakan, Wushu, Soreng, Kuda Lumping, Tarian Ayam, Tari Penthul, Tari Angklung, hingga Reog Ponorogo.

Kirab budaya dimulai dari Kelenteng Tempat Ibadah Tri Dharma (TTID) Liong Hok Bio di kawasan Alun-alun Kota Magelang lalu berkeliling ke arah Jalan Pemuda (Pecinan), Pasar Rejowinangun, Jalan Sriwijaya, Jalan Majapahit, Jalan Daha, dan berakhir di Kelenteng lagi.

Uniknya, kelompok Barongsai beratraksi sambil mengambil angpao yang disediakan toko-toko yang berderet di sepanjang rute. Lalu ada mobil hias yang dinaiki oleh beberapa orang dengan kostum khas lima agama dan kepercayaan di Indonesia.

Paul Chandra Wesi Aji, Ketua Yayasan Tri Bhakti Kota Magelang, menuturkan bahwa kirab budaya sudah menjadi agenda rutin untuk merayakan Cap Go Meh atau 15 hari setelah tahun baru Imlek.

Tahun ini, Cap Go Meh mengusung tema Merajut Persatuan Indonesia. Tema ini sengaja diangkat mengingat kondisi bangsa Indonesia saat ini tengah terancam perpecahan akibat kepentingan politik tertentu.

"Kirab Cab Go Meh kami selalu melibatkan masyarakat lokal, kami membaur, tidak ada perbedaan yang menghalangi kami untuk menyuguhkan hiburan bagi masyarakat. Inilah wujud persatuan kami," kata pria yang akrab disapa Awe itu, Sabtu (11/2/2017).

Awe mengungkapkan, sesuai Kalender China, tahun ini adalah tahun atau shio Ayam. Ayam memiliki sifat yang rajin dan cekatan, diharapkan manusia turut meneladani sifat baik tersebut sehingga kehidupannya akan lebih baik pula.

"Untuk kehidupan bangsa Indonesia kami berdoa agar kondisi ekonomi lebih baik. Untuk sosial dan politik juga akan lebih tenang," tuturnya.

Mamad, anggota Sanggar Pongangan Wates mengaku rutin menjadi pengisi acara pada kirab budaya dan pentas seni Cap Go Meh di Kelenteng Liong Hok Bio. Tahun ini, dia dan puluhan teman-temannya menari tarian "Grasak Gemblung" hasil kreasi mereka.

Kostum mereka unik, tubuh mereka dilumuri cat warna-warni, sehingga cukup menarik perhatian penonton.

"Hampir setiap tahun kami mengisi acara Cap Go Meh, walaupun kami bukan warga Tionghoa. Tarian yang kami angkat juga selalu berbeda setia tahun," ujar Mamad.

Sri Arianti, salah satu penonton, juga mengatakan selalu menyaksikan kirab Cap Go Meh setiap tahun. Baginya, kegiatan ini menjadi hiburan tersendiri bagi warga meski dirinya beragama Islam.

"Acaranya menghibur, banyak atraksi menarik, apalagi kami diperbolehkan masuk ke Kelenteng, merasakan suasananya, boleh berfoto-foto juga. Asalkan tetap menjaga kesopanan," ujar warga Gaten Kota Magelang ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com