Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Usul BNPB Relokasi Pengungsi Sinabung ke Kawasan Hutan Dikritik

Kompas.com - 10/02/2017, 21:04 WIB
Kontributor Medan, Mei Leandha

Penulis

Saat ini Indonesia justru diharapkan menjaga wilayah hutan yang tersisa demi penghidupan yang akan datang. Apalagi program-program pemerintah lainnya sangat terintegrasi dengan daya dukung lingkungan dan hutan seperti program ketahanan pangan.

"Bencana erupsi Sinabung memang ironis dan dilema karena tidak bisa dipastikan kapan berakhir. Maka kami menyarankan kepada pemerintah untuk segera mencari alternatif lain yang lebih arif dan bijak, jangan sesaat," ucapnya.

Dengan relokasi mandiri yang utuh, misalnya, pemerintah menyerahkan sejumlah dana bantuan utuh kepada para pengungsi untuk mencari sendiri tempat tinggal baru serta lahan pertanian atau pekerjaannya.

"Tentunya dilakukan rembuk dengan masyarakat pengungsi tentang lahan-lahan desa yang mereka tinggalkan saat ini," kata Jimmy.

Sofian Adly dari APePeBe Medan dan tergabung dalam Sekretariat Bersama (Sekber) Sinabung menilai bahwa BNPB terindikasi frustrasi sampai mengeluarkan pernyataan tersebut.

"Verifikasi persoalan di Tanah Karo bukan hanya pemindahan bangunan fisik, tapi juga bangunan psikis yang harus ditambah dan perkuat. BNPB terlihat tidak cukup sumber daya untuk melakukan penanganan kebencanaan di Sinabung yang tipikal gunungnya berbeda dari gunung api lain," kata Adly.

Yeka Kusumajaya, staf UNDP yang juga tergabung dalam Sekber Sinabung, menambahkan dari sisi proses yang pernah dan sudah dilakukan. Pada relokasi tahap II, kendalanya adalah lahan pertanian, bukan lahan hunian, karena pengungsi ditempatkan di Siosar.

Menurut dia, lahan Siosar juga kurang bagus untuk pertanian holtikultura. Karena itu, tidka semestinya warga dipaksa bermukim di sana,

Ia juga mendorong adanya dialog dengan pengungsi dan memberikan pilihan kepada mereka untuk mencari lahan pertanian di mana saja asal sesuai dengan bujet yang disediakan pemerintah.

"Saya rasa masyarakat lebih arif dan bijak dalam memilih lahan pertanian yang sesuai dengan keinginannya," ucap Yeka.

Menurut Yeka, akan ada pertanyaan mengapa lahan pertanian akan jauh dari permukiman dan terpencar-pencar. Baginya hal itu tidak masalah asal permukimannya masih satu sehingga aset desa, budaya, sosial politiknya tidak hilang.

"Aset ekonominya bisa di mana saja yang penting pengungsi bisa hidup kembali secara normal," katanya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com