Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wajah Cihampelas, dari Kolam Renang Khusus Belanda, Patung Superman, hingga "Skywalk"

Kompas.com - 10/02/2017, 07:00 WIB
Reni Susanti

Penulis

BANDUNG, KOMPAS.com – Cihampelas menjadi salah satu tujuan para pelancong di Kota Bandung. Letaknya yang strategis, kawasannya yang adem, berbagai produk, menjadi surga belanja dan jalan-jalan.

Namun tidak semua orang tahu, sejarah jalan Cihampelas. Her Suganda dalam bukunya "Jendela Bandung" mengatakan, dulu, Cihampelas merupakan tempat hunian yang nyaman. Daerahnya tenang, udaranya segar.

Menurut cerita, jalan tersebut dinamakan Cihampelas karena di sana banyak terdapat pohon hampelas. Nama pohon itu diambil karena salah satu sisi daunnya kasar sehingga menyerupai kertas ampelas yang biasa digunakan untuk memperhalus permukaan kayu atau benda lainnya.

Pohon hampelas tumbuh berkelompok di tempat yang memiliki mata air. Namun pada tahun 1898, air yang melimpah di sana dijadikan sumber air kolam renang yang kemudian dinamakan Europa Zwembad.

Europa Zwembad yang kemudian bernama “Pemandian Tjihampelas” atau kolam renang Cihampelas, merupakan salah satu kolam renang tertua di Kota Bandung. Tempat itu sangat eksklusif karena hanya diperuntukkan bagi bangsa Belanda dan Eropa lainnya.

Sementara penduduk pribumi, sambung Her, jangankan mandi, masuk saja tidak boleh. Mereka dianggap nista dan disamakan dengan binatang. Terbukti dengan papan peringatan: “Anjing dan pribumi dilarang masuk!”. Baru setelah Belanda kalah bertekuk lutut pada Jepang, pengumuman itu tidak ada lagi.

Dalam perkembangannya, kolam renang Cihampelas tinggal kenangan. Bangunan tersebut rata dengan tanah digantikan dengan gedung milik perorangan. Meski sempat diwarnai protes, pembangunan gedung tersebut tetap terjadi.

Sentra penjualan jins

KOMPAS.com / RODERICK ADRIAN MOZES Kepadatan kendaraan dii kawasan perbelanjaan di Jalan Cihampelas, Bandung, Senin (20/7/2015). Libur lebaran dimanfaatkan wisatawan dan warga Bandung untuk berlibur dan berbelanja.
Pada akhir tahun 80-an, satu per satu rumah tinggal di kawasan ini berpindah tangan. Hingga suatu hari, berdirilah sebuah toko. Toko ini dikunjungi banyak orang yang berbelanja. Reaksi positif tersebut membuat satu per satu rumah tinggal berubah menjadi toko atau dialihfungsikan menjadi komersial.

Sementara itu, pada tahun 1990-an, kawasan Cihampelas menjadi pusat penjualan jeans. Warga Bandung mengenalnya dengan “Raja Jeans”. Untuk menarik minat pembeli, pengelola toko di Cihampelas berlomba-lomba menciptakan ikon. Salah satunya dengan beragam patung super hero.

Hingga muncullah berbagai superhero di Cihampelas. Ada Superman, Rambo, hingga toko yang menaruh hiasan perahu cukup besar. Dalam keadaan nyata, perahu tersebut bisa ditumpangi sekitar 25 orang.

Penjualan jins tersebut menumbuhkan perekonomian di Bandung. Hal ini pula yang membuat para pedagang di luar pengusaha jins bermunculan di Cihampelas. Sebut saja toko suvenir, makanan, tas, bahkan mal dan hotel.

Makin lama Cihampelas pun menjadi super padat. Palancong yang akan berbelanja berebut trotoar dengan pedagang kaki lima (PKL) dan motor. Pertumbuhan kendaraan pun membuat Jalan Cihampelas macet, hingga polisi beberapa kali memberlakukan perubahan arus lalu lintas.

Meski padat dan selalu macet, kunjungan wisatawan ke Cihampelas tidak pernah surut. Seperti dikatakan salah satu penjual tape singkong.

“Satu hari saya bisa menjual 200-400 kg. Yang beli kebanyakan bukan dari Bandung, tapi dari luar kota seperti Jakarta, Sumatera, hingga Kalimantan,” tutur Usep kepada Kompas.com, belum lama ini.

Untuk membuat para pelancong nyaman berjalan kaki dan menikmati Cihampelas, Pemkot Bandung pun membangun Teras Cihampelas. Karena pembangunan skywalk ini, wajah Cihampelas mengalami perubahan. Setidaknya, warga Bandung tidak akan melihat patung Superman yang terkena proyek pembangunan.

Meski demikian, Teras Cihampelas menjadi destinasi menarik dan surga pejalan kaki di Kota Bandung.

(Baca juga: Teras Cihampelas, Mimpi Jalan Kaki Tanpa Bertemu Mobil dan Motor)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com