Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Imlek di Banda Aceh, Waktunya Kenakan Cheongsam dan Qibao

Kompas.com - 27/01/2017, 18:03 WIB
Daspriani Y Zamzami

Penulis

BANDA ACEH, KOMPAS.com – Di Pasar Peunayong, Kecamatan Kuta Alam, Banda Aceh, Aming (57) sibuk memilih aneka permen dan manisan. Ada manisan asam kana, buah plum kering, hingga manisan cake dengan aroma jeruk.

Serangkaian bunga aster berwarna kuning segar dipeluknya begitu hati-hati agar tak terlepas dari tangan dan terjatuh.

Bunga aster ini disapkan Aming untuk dipajang di ruang tamu rumahnya untuk perayaan Imlek yang jatuh pada hari Sabtu (28/1/2017).

Aming mengaku tak menyiapkan banyak hal. Ia merayakan Imlek secara sederhana bersama anak, cucu, suami dan beberapa anggota keluarga lainnya.

“Tidak ada perayaan yang mewah, sederhana saja, apalagi kondisi ekonomi belum begitu membaik,” terangnya sambil tertawa lepas, Jumat (27/1/2016).

Merayakan tahun baru Imlek dengan sederhana tidaklah menjadi masalah bagi warga Tionghoa di Banda Aceh.

Kebahagiaan dan keceriaan tetap terpancar di wajah-wajah mereka, meski keberadaannya sebagai kelompok minoritas.

Keceriaan kian bertambah karena Imlek adalah waktunya mengenakan busana cheongsam atau qibao alias baju adat China yang didominasi warna merah. Cheongsam adalah sebutan baju adat tradisonal yang dikenakan oleh laki-laki, sedangkan qibao untuk perempuan.

“Saya punya qibao cuma dua, itu pun saya beli di China beberapa tahun lalu, karena waktu itu kami tidak menemukannya di Banda Aceh, tapi sekarang saya lihat sudah ada yang menjualnya, tapi tak banyak,” ujar Aming.

Aming akan mengenakan baju itu pada perayaan Imlek saja, bukan untuk hari-hari biasa.

“Kalau hari biasa ya pakai baju biasa seperti orang kebanyakan, soalnya kan tidak ada yang pakai qibao di hari-hari biasa,” jelas Aming sambil tertawa.

Perempuan murah senyum ini juga mengaku bahwa hari-hari biasa ia bahkan hanya memakai baju kaos dan celana ponggol.

Hal senada juga diungkapkan Mila Wen alias Mei. Pelaku usaha wisata di Banda Aceh ini juga mengaku hanya mengenakan qibao di hari-hari tertentu saja.

“Misalnya perayaan Imlek, atau ada pesta kawinan sesama warga Tionghoa, tapi kalau pestanya orang non-Tionghoa, malah suka juga pakai kebaya yang dikombinasi modelnya seperti qibao,” ujar Mei.

Seiring berjalannya waktu dan majunya zaman, nyaris tidak ada lagi warga Tionghoa di Banda Aceh menggunakan cheongsam dan qibao dalam aktivitas sehari-harinya. Mereka hanya memakainnya dalam momen-momen tertentu. Kalau sudah mengenakan cheongsam dan qibao, mereka pastinya tidak mengabadikan momen itu dengan foto bersama.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com