Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berkembang Berkat Belimbing

Kompas.com - 27/01/2017, 05:49 WIB

Tim Redaksi

KOMPAS - Belimbing bukan hanya menjadi andalan untuk menggerakkan ekonomi warga Desa Ngringinrejo, Kecamatan Kalitidu, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Berkat belimbing pula, desa itu mendapatkan Anugerah Wisata Jawa Timur pada 2014 untuk kategori wisata buatan tingkat lokal.

Jumlah pengunjung tahun ini hingga akhir November lalu menembus 140.000 orang. Pengunjung meningkat dibandingkan selama 2015 yang sebanyak 118.028 orang.

Sehari setelah Bojonegoro memasuki siaga merah banjir Bengawan Solo, Kamis (1/12/2016) lalu, pengunjung pun masih berdatangan ke Ngringinrejo. Kondisi areal perkebunan belimbing masih becek bekas sisa banjir.

Pedagang belimbing, Mursiah (52), tak lelah menawarkan belimbing kepada semua orang yang datang. Buah belimbingnya digantung dan diletakkan di lapak. Satu kilogram dijual Rp 12.000. Harga bisa didiskon menjadi Rp 10.000 per kg jika membeli lebih dari 10 kg. Buahnya besar-besar dan rasanya manis dan segar.

Mursiah mengelola 40 batang pohon belimbing. Ia menyewa lahan milik Bakri untuk ditanami belimbing dengan harga sewa Rp 50.000 per pohon per tahun. Lahan disewa sejak 2006 dan diperpanjang empat tahun sekali. Sebelum menjadi agrowisata, belimbing dijual di pasar.

Berkat belimbing, Mursiah bisa membeli tanah dan membangun rumah. Ia mampu menyekolahkan tiga anaknya hingga tamat SLTA, bahkan ada yang kuliah. Ia pun menyisihkan uangnya agar bisa segera menunaikan ibadah haji.

Omzetnya sehari Rp 700.000 sampai Rp 1 juta. Ketika ramai, omzet pernah mencapai Rp 2 juta. Pengunjung biasanya ramai pada akhir pekan, libur Lebaran, dan Tahun Baru.

Kepala Desa Ngringinrejo Muhammad Syafii mengatakan, agrowisata belimbing menumbuhkan ekonomi. Setiap akhir pekan, perputaran uang di desa Rp 60 juta hingga Rp 80 juta.

Awalnya warga meragukan buah belimbing bakal mengubah nasib mereka. Kini banyak yang dihidupi dari belimbing, termasuk 104 petani, 21 pedagang, puluhan pembungkus belimbing, hingga biro perjalanan.

Sebelum 1984, bantaran Bengawan Solo di Ngringinrejo berupa tegalan. Warga hanya mengandalkan palawija. Saat kemarau, lahan itu tidak terjangkau irigasi, sebaliknya saat hujan selalu tergenang banjir luapan Bengawan Solo.

Pada 1984, ada informasi di Kabupaten Tuban, persisnya di Desa Siwalan, terdapat tanaman belimbing yang tahan banjir dan buahnya diminati banyak orang. Almarhum Zainuri dan Suyoto, warga Nginginrejo, mengawali menanam belimbing di lahan milik mereka.

Awalnya mereka dicela warga. Ketika tanaman berumur 3-4 tahun dan berbuah, hasil belimbing tersebut tiga kali lipat dari palawija. Satu per satu petani yang tergabung dalam Kelompok Tani Mekar Sari lalu tergerak menanam belimbing.

Saat ini ada 104 petani belimbing dengan luas tanam 20,4 hektar berisi 9.436 pohon. Belimbing juga dikembangkan di Mojo, tetangga desa, seluas 20 hektar. Belimbing bukan hanya unggulan Ngringinrejo, tetapi juga menjadi ikon Bojonegoro.

Sejak ditetapkan menjadi agrowisata tahun 2014, pengunjung dikenai tiket masuk Rp 1.000 per orang. Tiket masuk sejak Juni 2016 dinaikkan menjadi Rp 2.000 per orang. Syafii berharap pengunjung terus meningkat agar Agrowisata Belimbing Ngringinrejo masuk obyek wisata Jatim, bukan hanya lokal.

Obyek wisata itu dikelola Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) sejak 2014 dan kini dilengkapi tiga homestay (rumah tinggal) dan bumi perkemahan seluas 5.845 meter persegi. Ini membuka peluang tumbuhnya jasa katering khususnya nasi bungkus untuk melayani yang berkemah.

Halaman:

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com