SURABAYA, KOMPAS.com - Klenteng Hong Tek Hian menjadi satu-satunya klenteng di Surabaya yang sampai saat ini mempertontonkan pertunjukan wayang Potehi.
Ada penonton atau tidak, pertunjukan wayang budaya Tionghoa itu terus diputar setiap harinya.
Panggung wayang Potehi di klenteng yang berlokasi di tengah aktivitas ekonomi di Jalan Dukuh itu terdapat di salah satu ruang menuju altar.
Panggung kecil berukuran empat meter itu didesain khas bangunan Tionghoa. Di belakang panggung, terdapat ruang kecil untuk para pemain musik yang mengiringi jalannya pertunjukan wayang.
Di Klenteng Hong Tek Hian, wayang Potehi yang dimainkan grup Lima Merpati itu tampil setidaknya tiga kali jam pertunjukan dalam sehari, yakni pukul 09.00-11.00 WIB, dilanjutkan pukul 13.00-15.00 WIB, dan pukul 18.00-20.00 WIB.
Ada atau tidak ada penonton, grup wayang tersebut terus memainkan wayang yang bercerita tentang legenda budaya Tionghoa.
Senin (23/1/2017) siang, grup wayang yang dimotori Sukarmudjiono itu sedang memainkan cerita Sie Djien Kwi, atau kisah tentang kepahlawanan kerajaan dinasti Tong Tiauw.
Tidak ada satupun penonton yang menyaksikan wayang tersebut. Siang itu, Klenteng dipenuhi aktivitas persiapan menyambut Hari Raya Imlek.
Sukarmudjiono sama sekali tidak mempermasalahkan ada tidaknya penonton wayang yang dimainkannya. Karena hakikatnya, wayang Potehi adalah pertunjukan persembahan untuk para dewa.
"Jadi ada penonton maupun tidak, ya kita jalan saja," terangnya.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.