Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meski Tak Ada Penonton, Wayang Potehi Tetap Digelar di Klenteng Ini 3 Kali Sehari

Kompas.com - 23/01/2017, 22:40 WIB
Achmad Faizal

Penulis

SURABAYA, KOMPAS.com - Klenteng Hong Tek Hian menjadi satu-satunya klenteng di Surabaya yang sampai saat ini mempertontonkan pertunjukan wayang Potehi.

Ada penonton atau tidak, pertunjukan wayang budaya Tionghoa itu terus diputar setiap harinya.

Panggung wayang Potehi di klenteng yang berlokasi di tengah aktivitas ekonomi di Jalan Dukuh itu terdapat di salah satu ruang menuju altar.

Panggung kecil berukuran empat meter itu didesain khas bangunan Tionghoa. Di belakang panggung, terdapat ruang kecil untuk para pemain musik yang mengiringi jalannya pertunjukan wayang.

Di Klenteng Hong Tek Hian, wayang Potehi yang dimainkan grup Lima Merpati itu tampil setidaknya tiga kali jam pertunjukan dalam sehari, yakni pukul 09.00-11.00 WIB, dilanjutkan pukul 13.00-15.00 WIB, dan pukul 18.00-20.00 WIB.

Ada atau tidak ada penonton, grup wayang tersebut terus memainkan wayang yang bercerita tentang legenda budaya Tionghoa.

Senin (23/1/2017) siang, grup wayang yang dimotori Sukarmudjiono itu sedang memainkan cerita Sie Djien Kwi, atau kisah tentang kepahlawanan kerajaan dinasti Tong Tiauw.

Tidak ada satupun penonton yang menyaksikan wayang tersebut. Siang itu, Klenteng dipenuhi aktivitas persiapan menyambut Hari Raya Imlek.

Sukarmudjiono sama sekali tidak mempermasalahkan ada tidaknya penonton wayang yang dimainkannya. Karena hakikatnya, wayang Potehi adalah pertunjukan persembahan untuk para dewa.

"Jadi ada penonton maupun tidak, ya kita jalan saja," terangnya.

Toh, kata dia, grupnya sudah dipesan untuk memainkan wayang tersebut.

Bukan pertunjukan biasa

Wayang Potehi, kata dia, bukanlah sekadar pertunjukan budaya. Namun oleh warga Tionghoa dianggap sebagai ritual doa dan persembahan.

"Dengan mempersembahkan wayang Potehi kepada para dewa, pemesan berharap hajatnya dikabulkan, atau persembahan sebagai rasa syukur atas rezeki yang diterima," tuturnya.

Karena itu, setiap pembukaan wayang Potehi selalu disertai ritual doa dengan menyebut nama pemesan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com