Pria kelahiran 1964 bercerita bahwa biaya perawatan istrinya selama ini gratis karena di cover dengan BPJS termasuk anaknya yang baru lahir. Pihak puskesmas terdekat juga beberapa kali memeriksa kondisinya istrinya.
"Kalau seandainya bayar saya nggak tahu gimana ceritanya. Mau jual barang ya nggak punya barang berharga. Sekarang yang saya pikirkan kebutuhan sehari-hari. Kebutuhan sekolah anak saya. Karena sudah lama saya nggak melaut untuk jaga istri," katanya sambil mengelus kepala istrinya yang terpejam dengan nafas tersengal.
Dirawat tetangga
Sementara itu, kondisi bayi pasangan Sulastri dan Atwi yang masih berumur seminggu kondisinya semakin membaik. Saat ini, bayi tersebut dirawat oleh tetangganya yang berjarak sekitar 300 meter dari rumah Tri yang juga berprofesi sebagai nelayan.
"Kasihan di sana enggak ada yang jaga. Kakaknya sekolah, bapaknya ngerawat ibunya. Biar di sini saja sama saya," kata Wagimah (42), Kamis (19/1/2016).
Menurut dia, saat lahir, bayi tersebut hanya berbobot 1,8 kilogram.
"Saya nemenin pas lahiran. Ari-arinya kecil dan gosong gitu. Kering. Enggak nyangka lahir selamat soalnya pas hamil kan di-kemo," tuturnya.
Wagimah mengaku akan terus merawat Alfatih, karena kebetulan dia tidak memiliki anak laki-laki.
"Kasihan saya sama keluarganya Pak Atwi. Rumahnya dibetulin masuk program bedah rumah. Pak Atwi dan Dek Tri itu pekerja keras buat hidup. Kok ya penyakitnya berat. Kami tetangga cuma bisa bantu merawat anaknya. Saya enggak merasa dibebani," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.