Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Perjuangan Sandera Meloloskan Diri dari Perampok di Majene

Kompas.com - 19/01/2017, 15:28 WIB
Junaedi

Penulis

Kejadian tersebut menggegerkan warga setempat. Mereka mengira Junaedi menjadi korban kecelakaan lalu lintas.

Namun, begitu mengetahui mata dan mulut korban diplakban, warga curiga bahwa Junaedi adalah korban perampokan.

"Pertama ada yang bilang, ada orang ditabrak. Kami lari ke jalanan, kenapa orang ini diikat dan diplakban? Wah, korban perampokan ini. Akhirnya, kami bawa korban ke rumah," kata salah satu warga, Ramli.

Begitu mulutnya bebas dari perekat, Junaedi memberi tahu kepada warga bahwa ia dan keluarganya telah dirampok dan disandera.

Warga sontak mengejar Toyota Rush tersebut. Sekitar 700 meter dari tempat korban melompat, mobil korban tidak bisa melanjutkan perjalanan karena ada truk yang berhenti di jembatan.

Tersangka panik karena tahu dikejar warga. Mereka pun turun dari mobil dan melarikan diri ke gunung.

"Di gunung, kedua perampok ketemu dengan petani dan bertanya jalan menuju hutan. Petani curiga, kemudian menunjukkan jalan menuju jalan raya (Trans-Sulawesi)," kata Ramli.

Tersangka pun terjebak. Pelariannya berujung pada kerumunan warga yang mencarinya. Pelaku akhirnya menyerah dan dibawa ke pos polisi terdekat sebelum digelandang ke kantor Polsek Sendana beserta mobil korban.

Junaedi dibawa ke Puskesmas Sendana II untuk menjalani perawatan. Adapun istri dan dua bocah dibawa polisi ke Polsek Sendana.

Setelah kejadian, Sartini tampak shock dan trauma. Kejadian itu membuatnya hampir putus asa, apalagi ketika pelaku mengancam membunuh mereka bila uang tebusan tak kunjung diberikan. Uang dan harta mereka sudah dikuras oleh pelaku. Tidak ada lagi yang bisa mereka berikan kepada perampok.

"Saya frustrasi, bingung bagaimana melepaskan diri dari pelaku. ATM sudah dikuras, menjual harta atau meminjam uang dalam jumlah besar tak mungkin bisa langsung terpenuhi," ujar Sartini saat ditemui di Mapolres Majene.

Korban juga tidak bisa menghubungi siapa pun karena telepon seluler dikuasai oleh pelaku. Saat meminta uang tebusan kepada anak Juanedi, kedua pelaku hanya berkomunikasi lewat SMS dan seolah permintaan tersebut adalah permintaan Junaedi kepada anaknya.

Kepala Polres Majene AKBP Grendie Teguh Pidegso mengatakan, pihaknya menyita sejumlah barang bukti, di antaranya pistol mainan, sarung pistol, uang Rp 20,9 juta, dua ponsel, dan satu botol bensin (premium).

"Ini salah satu perbuatan (perampokan) sadis walaupun hanya berupa ancaman membuat trauma keluarga korban," kata Grendie.

Junaedi merupakan warga asal Bireuen, Aceh, yang merantau ke Donggala. Di sana ia merintis usaha dan sukses jadi pengusaha kelapa sawit.

Polisi kini tengah mengembangkan kasus ini dan mencari kemungkinan adanya jaringan kejahatan lainnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com