Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 18/01/2017, 15:27 WIB

AMBON, KOMPAS - Sebagian warga Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku, bergerak untuk memenangkan kotak kosong dalam pemilihan kepala daerah. Warga melakukan hal itu sebagai bentuk perlawanan terhadap calon tunggal yang dinilai hendak melanggengkan dinasti politik.

Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Maluku Tengah diikuti calon tunggal yang juga petahana, Abua Tuasikal dan Marlatu Leleury. Mereka adalah Bupati dan Wakil Bupati Maluku Tengah periode 2012-2017. Gerakan memenangkan kotak kosong itu diwadahi Koalisi Demokrasi Rakyat Maluku Tengah.

Fahri Asyathri, inisiator koalisi, saat dihubungi Kompas dari Ambon, Selasa (17/1), mengatakan, gerakan pemenangan kotak kosong dideklarasikan di Masohi, ibu kota kabupaten, awal Januari lalu. Menurut rencana, deklarasi berlanjut ke sejumlah kecamatan.

"Masyarakat bosan dengan dinasti politik yang tak berkualitas, tetapi tidak ada pilihan lain. Pasangan petahana memborong hampir semua kursi di DPRD," katanya.

Abua Tuasikal menggantikan adiknya, Abdullah Tuasikal, yang memimpin Maluku Tengah dua periode, 2002-2012. Dalam kepemimpinan itu, Abdullah mendorong istrinya, Miranti Tuasikal, dua kali ke Senayan. Periode 2004-2009, Miranti menjadi anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Periode 2009-2014, Miranti menjadi anggota DPR dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa. Saat ini, anak Abdullah dan Miranti, yakni Amrullah Tuasikal, menjadi anggota DPR dari Fraksi Partai Gerindra.

Fahri menyatakan, jika ada calon lain, masyarakat memiliki pilihan. Pasangan Abua-Marlatu didukung 9 partai politik dengan 30 kursi dari total 40 kursi DPRD Maluku Tengah.

Dalam gerakan itu, kata Fahri, mereka akan mendirikan posko di sejumlah kecamatan yang tersebar di pulau-pulau, seperti 3 kecamatan di Pulau Ambon, 1 kecamatan di Haruku, 2 kecamatan di Saparua, dan 1 kecamatan di Nusalaut. Relawan kini bergerak untuk sosialisasi, baik melalui media massa, media sosial, spanduk, maupun selebaran.

Pendanaan gerakan itu, kata Fahri, berasal dari kantong pribadi inisiator, didukung warga yang pro perubahan di Maluku Tengah. Bantuan berupa uang, stiker, dan spanduk. Jika kotak kosong menang, pilkada diundur hingga 2018 dan ada peluang calon lain bisa maju.

Tokoh pemuda Kecamatan Teon Nila Serua, Dance M Lakotani, menuturkan, warga menginginkan perubahan.

Hingga Selasa malam, Abua Tuasikal belum bisa dihubungi. Kompas berusaha menelepon dan mengirimkan pesan singkat, tetapi tidak ditanggapi.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com