Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Rumah Singgah bagi Ibu Hamil di Kaki Gunung Raung...

Kompas.com - 15/01/2017, 11:20 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati

Penulis

BANYUWANGI, KOMPAS.com — Sebuah tempat di kaki Gunung Raung, tepatnya di Dusun Krajan, Desa Jambewangi, Kecamatan Sempu, disulap menjadi rumah singgah bagi ibu hamil sebelum dirujuk ke puskesmas.

Rumah sederhana itu adalah milik pasangan Tumari dan Mulyani.

Di rumah pasangan yang bekerja sebagai penderes karet tersebut, ibu hamil dirawat hingga pasca-melahirkan, sebelum pulang ke rumahnya.

Rumah singgah tersebut sudah dimanfaatkan sejak tahun 2013 lalu.

"Jalan menuju dusun terakhir di atas sana pinggir hutan masih berbatu dan terjal," kata Mulyani, Minggu (15/1/2017).

"Kalau ada ibu yang akan melahirkan, susah. Jadi, kira-kira sudah saatnya melahirkan kurang beberapa hari, maka ibunya akan dievakuasi dan tinggal di rumah saya," kata Mulyani.

"Kalau ada apa-apa, ambulans bisa langsung jemput ke sini," kata ibu berusia 42 tahun itu.

Mulyani juga menjadi Laskar Sakina (Stop Angka Kematian Ibu Hamil dan Melahirkan Anak) Puskesmas Sempu.

Untuk tinggal di rumah singgah, ibu hamil tidak dipungut biaya sama sekali.

Keputusan Mulyani untuk menjadikan rumahnya sebagai rumah singgah didukung Tumari, suaminya, yang juga Ketua RT setempat.

Bersama dengan bidan desa, Sri Wibowo Ningsih, Mulyani berkeliling ke lingkungan Tlocor dan lingkungan Seling yang berjarak sekitar delapan kilometer dari Puskesmas Sempu untuk mencari ibu hamil.

Khususnya, ibu hamil yang berisiko tinggi.

Di Lingkungan Tlocor, ada 25 kepala keluarga dan di lingkungan Seling hanya ditinggali oleh 18 kepala keluarga.

Walaupun berjarak kurang dari 10 kilometer dari pusat kesehatan masyarakat terdekat, tidak banyak ibu hamil yang memeriksakan kandungannya.

Saat melahirkan, biasanya mereka dibantu oleh dukun bayi.

"Saat ditemukan, ada ibu hamil, khususnya mereka yang berisiko tinggi, maka Bu Mul yang akan melakukan pendampingan koordinasi dengan saya sebagai bidan desa," kata Sri Wibowo Ningsih, bidan di desa itu.

"Nanti Bu Mul yang akan mengingatkan kontrol dan menemani sampai ibu melahirkan dan juga membantu merawat di rumahnya," kata dia.

Keberadaan Muyani dan Sri Wibowo untuk menolong ibu hamil sempat tidak diterima oleh dukun bayi yang berada di dua lingkungan tersebut.

Namun, mereka kemudian memberikan penjelasan tentang pentingnya pemeriksaan kesehatan pada ibu hamil dan melibatkan dukun bayi untuk melakukan perawatan kepada bayi setelah pulang ke rumah.

"Sempat dimusuhi, katanya dianggap ambil rezeki orang. Tetapi, kami beri penjelasan dan sekarang jadi mitra," kata Sri.

"Alhamdulillah, sejak tiga tahun terakhir, kematian ibu melahirkan sudah zero," kata dia sambil tersenyum.

Jika ditemukan ibu hamil di lingkungan Tlocor dan Seling tersebut, Mulyani yang bertugas untuk mendata dan mengajak ibu hamil tersebut periksa ke bidan atau puskesmas terdekat.

Jika mereka tidak memiliki motor atau kendaraan, bidan yang akan berkunjung, setidaknya tiga bulan sekali untuk memeriksa kondisi kesehatan ibu hamil di dua wilayah tadi.

"Kita juga tidak bisa memaksa karena mereka tidak punya kendaraan untuk turun untuk memeriksa kehamilan mereka," kata Sri.

"Karena mereka sebagian besar berasal dari keluarga yang tidak mampu dan juga pendatang dari daerah lain," ujarnya.

"Rata-rata ibu hamil berisiko tinggi yang ditemukan adalah mereka yang berusia sangat muda, yaitu di bawah 20 tahun," kata Sri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com