Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jogja Nyah Nyoh, Aksi Warga Peduli Jalan Berlubang

Kompas.com - 12/01/2017, 17:13 WIB
Wijaya Kusuma

Penulis

Jogja Nyah Nyoh memandang, jalan raya tidak melihat strata seseorang. Terjatuh karena lubang saat berkendara bisa terjadi kepada siapapun.

"Jalan raya itu tidak ada strata, misalkan menteri naik sepeda motor, jatuh ya jatuh," kata Ditya.

Menurut dia  orang yang tergabung di Jogja Nyah Nyoh datang dari berbagai latar belakang, baik dosen, mahasiswa, karyawan swasta, buruh, sampai dengan arsitek. Uang untuk membeli semen dan pasir pun murni dari hasil patungan. Sehari satu orang merelakan uang Rp 1.000.

"Dari berbagai latar belakang, dosen ada, arsitek ada, warga biasa juga ada. Dananya Murni dari patungan, setiap hari kita merelakan uang Seribu Rupiah, tidak ada sponsor ," bebernya.

Dia menyebut, dulu dalam satu minggu Jogja Nyah Nyoh bisa turun ke lapangan sampai tiga kali, namun saat ini mulai dikurangi menjadi sekali seminggu.

"Dulu saking banyaknya seminggu intensitasnya bisa tiga kali. Sekarang di kurangi seminggu sekali," ujarnya.

Saat beraksi mereka dimulai pada malam hari sekitar pukul 21.00 WIB.  "Kalau dulu kita sampai subuh baru pulang, tetapi sekarang kalau hari aktif yang waktunya dibatasi," sebutnya.

Ketua Jogja Nyah Nyoh Arditya Eka Sunu menuturkan sudah ada banyak lubang yang di tambal, mulai daerah Sleman, Kota Yogyakarta hingga Bantul. Hanya daerah Kulonprogo dan Gunungkidul yang selama ini belum karena jalannya dalam kondisi bagus.

"Saya tidak menghitung, target kita bukan jumlah. Kita inginnya gotong royong itu greget lagi. Pemerintah dan bukan pemerintah itu kita inginnya bisa bersama-sama," tandasnya.

Namun demikian, Adit masih teringat pertama kali melakukan aksi di Jalan Kaliurang, tepatnya di perempatan depan MM UGM. Di lokasi itulah pertama kali mengecat dan menambal lubang.

"Saya masih ingat, pertama kali itu di jalan Kaliurang, perempatan depan MM UGM. Kita bahkan sampai empat kali ke sana aksi," sebutnya.

Adit mengatakan, sebelum memutuskan menambal lubang, lebih dulu dilakukan survei. Caranya, saat berangkat kerja orang yang tergabung dalam Jogja Nyah Nyoh selalu melewati jalan yang berbeda.

"Ya survei, jadi kalau pas berangkat kerja rutenya lewat jalan berbeda. Prioritas kita jalan yang padat dan ramai dilalui pengendara, artinya potensi kecelakaan akibat lubang itu besar," kata Adit.

Dikepung

Berbagai cerita unik dialami ketika Jogja Nyah Nyoh melakukan gerakan menambal jalan-jalan berlubang.

Adit menceritakan saat sedang menambal jalan berlubang di sekitar Imogiri Barat, beberapa warga datang dan mengepung mereka. Warga mengira Adit dan teman-temanya akan berbuat negatif.

"Kita dulu pernah di kepung warga saat di dekat Stadion Bantul, kita dikira mau ribut. Kan waktu itu banyak orang di pinggir jalan. Kita mau dimassa saat itu, tetapi langsung kita jelaskan," ujarnya.

Tak hanya itu, menurut Adit saat Jogja Nyah Nyoh sedang aksi menambal lubang di pinggir jalan, ada beberapa pengendara yang melempar uang ke arah mereka.

"Beberapa kali pengendara mobil yang lewat melempar uang ke kita. Teman-teman langsung mengejar pengendara mobil itu dan mengembalikan uangnya," katanya,

Pernah juga lanjutnya, saat melakukan aksi menambal lubang, ada seorang pengendara mobil yang berhenti dan menghampiri. Setelah mengetahui apa yang dilakukan, pengendara mobil itu langsung turut membantu.

"Dia menghidupkan lampu untuk menerangi, bahkan membantu mengaduk semen dan pasir dengan tanganya. Kita cegah, bisa-bisa tanganya nanti iritasi karena semen," ucapnya.

Adit mengaku pernah dipanggil Gubernur DIY pada bulan Juni 2016 lalu. Saat itu ia ditanya mengenai gerakan Jogja Nyah Nyoh dan dihubungkan dengan dinas Pekerjaan Umum (PU).

Dalam pertemuan itu, Gerakan Jogja Nyah Nyoh mendapat apresiasi dari Gubernur DIY.

"Ditanya motivasinya apa? Konsep gerakanya apa?. Kita tidak di marahi, justru di apresiasi," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com