Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ganjar: Kartu Tani Cegah Pupuk "Piknik"

Kompas.com - 12/01/2017, 14:48 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana

Penulis

MAGELANG, KOMPAS.com - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo membagikan sebanyak 7.204 Kartu Tani kepada petani Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, di Pendopo drh. Soepardi, Kabupaten Magelang, Kamis (12/1/2017).

Petani yang sudah mendapat kartu berbentuk mirip kartu Anjungan Tunai Mandiri (ATM) itu akan terdata, mulai luas lahan yang dimiliki, jenis pertanian, hingga kuota pupuk yang diterima. Dengan demikian dengan adanya kartu tani maka bantuan pertanian oleh pemerintah tidak salah sasaran.

"Jangan seperti yang lalu, tidak terdaftar, sehingga yang tidak punya hak bisa membeli (pupuk). Itulah pupuk 'piknik', piknik ke perkebunan, ke kota lain," ungkap Ganjar.

Dia menyebutkan, hingga saat ini, sudah 22 dari 35 Kabupaten/Kota di Jawa Tengah yang terdistribusi kartu tani. Pihaknya menargetkan tahun 2017 ini seluruh petani di wilayahnya mendapat kartu tani.

Adapun jumlah petani Jawa Tengah yang sudah terdata sebanyak 1.484.221 orang, sementara jumlah rekening total mencapai 1.680.687. Per 8 Januari 2017, kartu tani yang sudah dibagikan mencapai 239.856, kartu yang sudah siap dibagikan lagi sebanyak 828.831 dan sudah dalam proses sebanyak 681.100 kartu.

Pihaknya dibantu oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dalam hal ini Bank Rakyat Indonesia (BRI), sebagai leading sector program kartu tani.

"Bu Menteri (Menteri BUMN) bilang sebelum Lebaran beres, nanti bisa ditambah kartu nelayan, dan kelompok lain yang kira-kira bisa dibantu dengan pendataan, yang nantinya jadi basis data untuk mengambil kebijakan publik," papar Ganjar.

Asrofi, salah satu penerima kartu tani asal Desa Wanurejo Kecamatan Borobudur, mengaku senang bisa memperoleh kartu tani, sehingga ke depan bisa menikmati pupuk bersubsidi secara rutin.

Sebelumnya, Asrofi mengaku kesulitan membeli pupuk bersubsidi sehingga berimbas pada hasil pertanian yang tidak maskimal. Di lahan miliknya sendiri, Asrofi memanam padi dan palawija.

"Kalau dulu bisa beli (pupuk) waktu mulai tanam saja, selanjutnya sering tidak ada, langka, jadi tanaman gampang kena hama dan rusak," ujarnya. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com