Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Catat, Tidak Ada Durian Brongkol Tahun Ini

Kompas.com - 11/01/2017, 15:55 WIB
Kontributor Ungaran, Syahrul Munir

Penulis

AMBARAWA, KOMPAS.com - Durian Brongkol, salah satu durian paling diburu di Semarang, hampir dipastikan tidak akan bisa dijumpai di pasaran pada tahun ini. Pasalnya puluhan ribu pohon durian yang tumbuh di Bukit Gunung Kelir, Desa Brongkol, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang, ini mengalami gagal panen.

Para petani yang biasanya meraup keuntungan puluhan hingga ratusan juta rupiah, kali ini hanya bisa pasrah menghadapi fenomena ini. Mereka mengalami kerugian yang cukup besar dari biaya pemeliharaan yang dilakukan selama satu tahun.

"Musim ini tidak ada panas, hujan terus, sehingga akarnya muda terus tidak bisa tua. Jadi nggak keluar kembangnya, kalaupun tumbuh akan rontok," kata Haji Amir Mahmud (63), warga Dusun Tabag Gunung RT 04 RW 04 Desa Brongkol, Jambu, Kabupaten Semarang, saat dijumpai di rumahnya, Rabu (11/1/2017) siang.

Berdasarkan perhitungan para petani, seharusnya masa panen buah durian Brongkol sudah berlangsung pada bulan ini hingga tiga bulan ke depan.

Banyak para pelanggannya dari luar kota yang menghubunginya untuk memesan buah durian. Namun mereka harus kecewa lantaraan tak satupun pohon durian di kebun miliknya seluas tiga hektar ini berbuah.

"Kemarin ada pelanggan dari Jakarta bawa mobil ke sini, ya kecelik karena memang tidak ada," ucapnya.

Pemilik buah durian jenis "Vera" yang terkenal ini mengungkapkan, pada musim durian tahun lalu dia bisa meraup keuntungan sebesar Rp 300 juta. Setiap hari, dirinya bisa menyediakan 300 hingga 400 buah durian dirumahnya selama tiga bulan.

"Pas panen bagus-bagusnya, bisa 500 sampai 600 butir setiap hari. Bahkan pernah satu hari itu sampai panen tiga mobil," imbuhnya.

Hutan durian

Durian di Desa Brongkol tumbuh subur di areal seluas 300 hektar di perbukitan Gunung Kelir, desa Brongkol, Kecamatan Jambu. Paling banyak berada di Dusun Tabag Gunung.

Durian Brongkol diburu para penikmat durian lantaran rasanya yang khas dan mempunyai banyak pilihan rasa. Pada musim durian tahun lalu, durian Brongkol dijual Rp 50.000 hingga 150.000 per buah, tergantung ukuran dan jenisnya.

"Di sini itu bukan kebun durian lagi, tapi hutan durian. Bayangkan kalau satu hektar minimal ada 50 pohon, dikalikan 300 hektar sudah berapa pohon itu?," ungkap Kepala Dusun Tabag Gunung, Ignatius Sumardi (45).

Setiap musim durian, Desa Brongkol menjadi semacam pasar tiban. Para penikmat durian yang datang ke Desa Brongkol berasal dari berbagai kota di Jawa Tengah dan sekitarnya, seperti Jakarta dan Yogyakarta.

(Baca juga: Merasakan Durian Vera... Legitnya Dapet! Manisnya Dapet!))

Suasana pasar desa maupun kios-kios penjual durian di desa Brongkol yang biasanya dipenuhi buah durian, saat ini sepi karena tutup.

"Banyak yang SMS atau WA ke saya, karena memang biasanya harus inden dulu. Tapi karena tidak ada, mau bagaimana lagi," ucapnya.

Komoditas lain

Gagal panen buah durian Brongkol tahun ini ternyata menjadi peluang bagi para pemasok buah durian dari Sumatera. Mereka merayu para petani dan pemilik kios buah durian di Desa Brongkol agar menjual durian-durian dari dari luar pulau Jawa tersebut.

Mereka berharap dapat meraup keuntungan dengan menjual nama buah durian Brongkol yang sudah terkenal itu.

"Banyak yang ditawari, tapi kami menyarankan agar jangan mau. Kami khawatir pembeli tahunya itu durian Brongkol, padahal bukan. Jelas itu akan merugikan nama baik durian Brongkol yang terkenal sebagai durian berkualitas," tuturnya.

Lantaran kegagalan panen pada musim durian tahun ini, para petani di desa Brongkol saat ini mengandalkan komoditas tanaman kebun lainnya seperti kopi, cengkeh dan berbagai tanaman palawija untuk menopang perekonomian keluarga.

Mereka berharap, keuntungan dari penjualan komoditas tersebut bisa menutup kerugian dari biaya perawatan tanaman durian yang sudah dikeluarkan selama satu tahun.

"Satu pohon kira-kira butuh biaya Rp 100.000 untuk pemeliharaan, beli pupuk dan sebagainya. Mudah-mudahan tahun depan penennya bagus," imbuhnya.

(Baca juga: Kelewat Enak, Durian Vera Sering Ditolak Ikut Lomba )

 

Kompas TV Nikmatnya Durian Vera Di Semarang
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com