SURABAYA, KOMPAS.com - PT PGN Persero membantah proyek pemasangan pipa gas bumi yang melintas di jalan pantura di Desa Betoyo, Kecamatan Manyar, Gresik, Jawa Timur, menjadi penyebab "Jeglongan Sewu".
Meski demikian Vice President Corporate Communication PGN, Irwan Andri Atmanto, mengakui, dalam setiap proyek pembangunan jaringan gas bumi selalu menimbulkan ketidaknyamanan di tengah masyarakat.
"Tapi dalam setiap pengerjaan proyek pipa gas, kami selalu menjunjung tinggi profesionalitas. Proyek penggalian pipa gas akan diselesaikan tepat waktu dan tanah yang digali segera di kembalikan pada kondisi seperti semula bahkan lebih baik seperti di daerah lain," katanya, Kamis (5/1/2017).
"Memang kerap menimbulkan ketidaknyamanan di masyarakat, karena pipa ditanam di jalan umum," tambah dia.
Karena itulah, pihaknya meminta dukungan pemerintah daerah dan masyarakat dalam pelaksanaan proyek tersebut.
Begitu juga untuk pengerjaan di ruas jalan di Desa Betoyo Gresik. Tanah galian di lokasi tersebut diangkut ke luar lokasi pekerjaan dan penimbunan kembali sudah di laksanakan sesuai ketentuan.
"Kami juga melakukan perbaikan jalan aspal yang rusak karena pekerjaan kami," ujarnya.
Terkait rusaknya jalan di ruas jalan tersebut, kata Irwan, menurut keterangan warga lebih banyak akibat dari banyaknya truk proyek yang melintas, serta kualitas jalan yang kurang baik.
"Soal dipindahkannya pipa gas PGN oleh warga, itu hanya sebagai luapan kekesalan warga, dan kebetulan ada pipa di pinggir jalan," jelasnya.
Proyek pipa gas yang dituding sebagai salah satu penyebab adanya wisata "Jeglongan Sewu" itu adalah proyek jaringan pipa gas bumi ruas Gresik-Lamongan-Tuban sepanjang 141 kilometer yang ditarget rampung di akhir 2017.
Pipa gas tersebut akan tersambung dengan pipa PGN yang sudah eksisting di sejumlah daerah di Jawa Timur.
Program itu adalah upaya pemerintah menyediakan gas bumi murah sebagai pengganti gas tabung. Karena dituding sebagai penyebab rusaknya jalan, awal pekan lalu warga sempat memindahkan pipa gas PGN yang akan dipasang itu ke tengah jalan sebagai bentuk protes.
Sindiran atas rusaknya jalan itu marak dibahas di media sosial dengan sebutan "Jeglongan Sewu".
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.