Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengungsi di Aceh Tunggu Tenda yang Layak

Kompas.com - 22/12/2016, 18:34 WIB

MEUREUDU, KOMPAS — Pengungsi korban gempa Pidie Jaya, Aceh, menanti distribusi tenda darurat yang lebih layak. Hingga kini, masih banyak korban gempa yang tinggal di tenda darurat terbuat dari bahan terpal seadanya. Kondisi itu sangat tidak layak apalagi saat hujan.

Demikian pantauan Kompas di sejumlah kecamatan di Pidie Jaya, Aceh, Rabu (21/12). Di Gampong Lancang Paru, Kecamatan Bandar Baru, misalnya, 21 keluarga (75 jiwa) masih tinggal di tenda darurat yang terbuat dari terpal di pinggiran jalan desa. Tenda berukuran sekitar 2 x 2,5 meter itu digunakan oleh 3 keluarga (sekitar 12 jiwa).

Kondisi serupa terjadi di sejumlah titik di kampung itu. Bahkan, sekitar 200 keluarga (sekitar 800 jiwa) sebagian besar tinggal di tenda darurat di posko pengungsian Meunasah Tubouk.

"Kami mengungsi karena rumah kami ada yang rusak ringan dan ada yang sudah parah sehingga tidak bisa dihuni lagi. Kami pun masih trauma tinggal di rumah," ujar Fauziah (23), pengungsi di Gampong Lancang Paru.

Di Gampong Raya, Kecamatan Trienggadeng, hampir semua warga tidak berani tinggal di dalam rumah atau bangunan. Mereka bahkan belum mendapatkan tenda darurat. Mereka membuat tenda darurat dari terpal seadanya. Tenda itu tembus air ketika hujan dan udara dingin saat malam.

Pengungsi di Gampong Raya, Muhammad Yusuf (58), mengatakan, kondisi itu membuat dirinya dan keluarganya sangat rawan terkena sakit. Apalagi, orangtuanya sudah lanjut usia dan anaknya masih kecil.

"Kami berharap pemerintah memberikan tenda darurat yang layak untuk kami yang sudah tidak punya rumah lagi. Selanjutnya, kami berharap bantuan untuk korban yang rumahnya rusak segera disalurkan," kata korban gempa yang rumahnya rusak parah ini.

Pengungsi di Gampong Kuta Pangwa, Trienggadeng, sudah mendapatkan tenda darurat yang lebih layak. Tenda itu menyerupai bentuk rumah dengan ukuran sekitar 4 x 5 meter. Namun, mereka masih membutuhkan fasilitas air bersih dan mandi cuci kakus (MCK) yang layak.

"Di sini, untuk mandi dan cuci, kami menumpang ke WC rumah warga yang masih bisa digunakan," ucap Fadlon (27), pengungsi di Gampong Kuta Pangwa.

Berobat mandiri

Selain masalah tenda darurat, korban gempa Pidie juga menghadapi masalah tempat layanan medis yang jauh dari tempat pengungsian. Akibatnya, tak sedikit warga memilih berobat mandiri dan rawat jalan di rumah atau tempat pengungsian.

Hal itu yang dialami pengungsi di Gampong Raya, Syarifah Maisyura (32). Ia mengalami patah tangan kanan karena tertimpa reruntuhan rumah yang ambruk ketika gempa. Ia pernah dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Bireuen, tetapi hanya sehari karena memilih pulang. Ini karena rumah sakit itu jauh dari rumahnya. Selai itu, suami dan anakanaknya tak ada yang merawat.

Ia telah mengeluarkan uang sekitar Rp 5 juta untuk pengobatannya. "Harapan kami, pemerintah terus mendampingi kondisi kesehatan korban gempa sekalipun tidak dirawat di rumah sakit ataupun puskesmas. Sebab, tidak semua korban bersedia dirawat di rumah sakit karena kondisi keluarganya pun memprihatinkan di rumah," katanya.

Kondisi hampir sama dialami pengungsi Gampong Kuta Pangwa, Munardi (38). Anak pertamanya, Muntazir (10), patah tangan kanan karena tertimpa reruntuhan rumah yang ambruk karena gempa. Ia hanya sehari membawa anaknya untuk dirawat di RSUD Pidie Jaya.

"Saya tidak mungkin terus menjaga anak di rumah sakit. Sebab, di rumah kondisi sedang berduka. Istri dan anak ketiga saya meninggal karena gempa lalu. Saya berharap pemerintah lebih peka dengan kondisi pengungsi," tuturnya.

Wakil Bupati Pidie Jaya Said Mulyadi mengatakan, pemerintah kabupaten sedang mengupayakan tenda darurat yang layak dan layanan medis berjarak terjangkau untuk korban gempa. Pihaknya sedang mendata korban yang benar-benar butuh tenda darurat dan layanan medis.

Kepala Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo Nugroho ketika dihubungi dari Meureudu, menyampaikan, pihaknya berharap pemerintah daerah benar-benar memperhatikan persiapan tenda darurat yang layak dan juga layanan medis yang terjangkau untuk para korban. (DRI)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 22 Desember 2016, di halaman 22 dengan judul "Pengungsi Tunggu Tenda yang Layak".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com