Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjuangan Seorang Ibu Urus 4 Anaknya yang Alami Lumpuh Layu

Kompas.com - 20/12/2016, 10:37 WIB
Syarifudin

Penulis

BIMA, KOMPAS.com - Empat dari lima bersudara warga Desa Rabakodo, Kecamatan Woha, Bima, sudah puluhan tahun menderita lumpuh layu sejak kecil.

Nasib buah hati pasangan Kalisom dan Idris ini memang tak seberuntung anak dari keluarga lainnya. Dari lima anak mereka, hanya satu yang tumbuh dewasa dengan kondisi fisik sehat dan normal. Sementara empat anak lainnya mengalami lumpuh layu.

Keempat anak itu yakni Bahrudin (45), Sahrudin (43), Jasman (41) dan Sriyati (35). Mereka menderita lumpuh layu akibat polio. Mereka hanya mengahabiskan masa hidup terbaring di atas kasur di rumahnya hingga puluhan tahun.

Namun, di usia yang kini tak lagi muda, keempatnya tak pernah putus asa dan kehilangan semangat hidup.

Sang ibu, Kalisom bercerita bahwa penyakit yang diderita anaknya bukan bawaan sejak lahir. Namun saat memasuki usia 9 hingga 10 tahun, gejala sakit mulai dirasakan.

Bahrudin, anak tertua, mengalami lumpuh sejak usianya sekitar 10 tahun. Bahkan, kala itu Ia sempat mengenyam pendidikan hingga kelas tiga pada sekolah dasar. Namun apalah daya, penyakit yang dideritanya membuat Bahrudin tidak bisa melanjutkan pendidikan.

Begitu pula dengan Sahrudin, Jasman dan Sriyati, juga sempat tumbuh normal seperti anak kebanyakan. Namun mereka tiba-tiba kesulitan berjalan dan beraktivitas. Padahal, sebelumnya, empat bersaudara itu sehat dan gemuk.

"Gejala awalnya hampir sama. Ketika memasuki usia rata-rata 9 sampai 10 tahun, mereka mengalami demam tinggi, kemudian tiba-tiba kesulitan menggerakkan anggota tubuh, terutama bagian kaki untuk berjalan," tutur Kalisom.

Seorang ibu yang hidup pisah dengan sang suami ini mengaku berbagai upaya sudah dilakukan untuk mengobati Bahrudin dan adik-adiknya. Mulai dari pengobatan medis hingga pengobatan tradisional, tetapi tidak membuahkan hasil.

“Sudah sering saya membawa mereka berobat ke Mataram. Mungkin tak terhitung lagi berapa biaya yang saya keluarkan untuk pengobatan,” keluhnya.

Pasrah

Karena sudah tak lagi punya uang membuat sang ibu menyerah dengan penyakit yang diderita buah hatinya. Kini, pihak keluarga tak bisa membawa mereka ke rumah sakit dan memilih merawat anaknya di rumah.

"Saya sudah tak punya uang lagi, anak-anak terpaksa saya rawat di rumah," ujarnya.

Kalisom mengaku tak memungkiri jika banyak bantuan yang datang dari berbagai pihak, terutama dari pemerintah provinsi dan Kementerian Sosial. Namun, selama dua tahun terakhir, bantuan yang seharusnya diterima setiap Oktober mulai tersendat.

"Tahun lalu, hanya mendapatkan kiriman sembako. Tapi tahun ini sama sekali tidak ada. Sementara dana dari pemerintah provinsi tiga kali setahun,” sebutnya.

Sedangkan pemerintah daerah melalui Dinas Sosial pernah membantu Kalisom namun tidak secara rutin. Pemerintah juga pernah memberikan bantuan kursi roda saat kondisi fisik keempat orang itu tidak terlalu parah seperti sekarang ini.

Karena itu, Kalisom berharap pemerintah daerah memperhatikan lagi kondisi keluarganya. Sebab, pengeluaran untuk kebutuhan keempatnya anaknya yang lumpuh dirasakan cukup banyak.

"Selain biaya makan dan minum, saya juga harus mengeluarkan biaya tambahan bagi orang yang membantu mengangkat mereka setiap hari saat keperluan ke kamar mandi hingga buang air," kata Kalisom.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com