KOMPAS.com - Pukul 00.30 dini hari saya sampai di markas Kraton Ngiyom, Lembaga Swadaya Masyarakat yang dibentuk oleh si empunya markas, Bramantyo Prijosusilo.
Ada beberapa bangunan berdiri di tanah seluas 3 hektare. Rumah pertama yang saya masuki ternyata kosong. Lalu tukang ojek yang menjemput saya membawa saya ke rumah satunya lagi.
"Lah itu mobilnya ada di sana," ujar tukang ojek bernama Supri (37).
Bram sudah menunggu saya di halaman rumahnya yang luas dan dipenuhi aneka pohon besar dan kecil.
Seperti biasa, lelaki berjenggot lebat dan selalu berikat kepala model Jawa (udeng) ini hangat menyambut saya. Tapi sebelum turun dari boncengan motor, empat anjing peliharaannya menyambut saya dengan mesra.
Bram ya Bramantyo Prijosusilo. Lelaki kelahiran Ngawi 9 Agustus 1965 dari bapak berdarah Jawa dan Ibu berdarah Auatralia. Membicarakan Bram adalah membicarakan sebuah pribadi unik dengan ide-ide besar dan gila yang dituangkan ke dalam seni kejadian berdampak (hapening art).
Dia memulai kegilaannya dengan mengadakan pameran lukisan karya-karyanya di atas tujuh andong dan keliling di jalanan Yogyakarta mulai dari Jalan Kusumanegara, Malioboro, hingga Bunderan UGM, kemudian memberi kanvas kosong kepada anak-anak untuk melukis (1998) berjudul Masturbasi Reformasi.
Selanjutnya dia menggelar pameran lukisan di The University of California, Berkeley, Amerika Serikat tahun 1999 saar Timor Timur merdeka.
Saat diminta koleganya Sylvia Tiwon untuk merespon peristiwa Timor Timur, Bram pun membuat karya instalasi dengan tumpukan semangka di atas monumen bebas bicara. Saat acara berlangsung, mendadak ada seorang penonton membanting semangka. Tanpa diduga memancing penonton yang lain ikut membanting. cara ini berakhir dengan larangan dari polisi. Bram diminta menghentikan acara tersebut.
Tahun 2012, Bram kembali bikin "ulah". Kala itu dia menggelar karya hapening art berjudul "Membanting Macan Kerah" di depan markas Majelis Mujahidin Indonesia
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan