Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjuangan Tukang Parkir yang Merawat Anak-anak Penderita HIV/AIDS

Kompas.com - 02/12/2016, 06:09 WIB
Kontributor Surakarta, Michael Hangga Wismabrata

Penulis

SOLO, KOMPAS.com - Pro dan kontra mengiringi keberadaan rumah singgah bagi anak-anak penderita HIV/AIDS di Solo.

Rumah singgah Lentera sudah beberapa kali berpindah-pindah lokasi karena sejumlah warga yang keberatan akan keberadaan mereka. Namun hal tersebut tidak menyurutkan semangat para pengasuh Rumah Lentera untuk mendampingi dan menemani anak-anak penderita HIV/AIDS.

Pendiri rumah singgah Lentera, Puger Mulyono (50), mengakui, sejak tahun 2012, perjalanan rumah singgah Lentera penuh tantangan dan cobaan.

Empat tahun berjuang untuk mendampingi anak-anak yang "terbuang" oleh keluarga lantaran mengidap HIV/AIDS, membutuhkan kesabaran dan mental yang kuat.

Cemoohan hingga penolakan warga atas keberadaan rumah singgah bagi 15 ADHA (anak dengan HIV/AIDS) sudah menjadi hal biasa.

Bapak empat anak yang berprofesi sebagai tukang parkir tersebut tidak menyalahkan masyarakat, namun justru mengkritik pemerintah yang kurang menyosialisasikan cara penularan HIV/AIDS di masyarakat luas.

"Bukan salah mereka (warga), wajar sebagai manusia merasa khawatir atau takut tertular. Hanya mereka kurang mengerti dan memahami saja bagaimana dan seperti apa seseorang bisa tertular HIV/AIDS," kata Puger, Kamis (1/12/2016).

Saat ini, Puger bersama sebelas anak asuhnya tinggal di rumah kontrakan di Jalan Parangliris No 39 Laweyan, Solo.

"Saat ini sebelas anak, yang paling kecil umur 2,5 tahun dan paling besar sudah sekolah SMP. Bulan Maret kemarin ada yang meninggal dunia pada umur 5 tahun. Hampir semuanya sudah ditinggal orangtuanya," kata Puger.

Puger mengaku memelihara anak dengan HIV/AIDS adalah panggilan hati. Dia tidak tega melihat anak-anak tak berdosa "terbuang" dari keluarga karena penyakit yang tidak mereka kehendaki.

"Kalau ada anak yang sudah terstigma di keluarga mereka sendiri, kami tidak tega. Lalu kami menuruti kata hati, mendatangi satu per satu, dan diajak tinggal di lentera," kata Puger.

Setiap pagi, Puger juga disibukkan dengan memberi obat penambah kekebalan tubuh bagi setiap anak asuhnya. Sebulan sekali, Puger membawa mereka ke rumah sakit untuk mendapatkan suntikan antibiotik.

"Untuk obat terapi antiretrovirals (arv) gratis, untuk rontgen paru-paru per anak 105.000, untuk cek ginjal dan hati per anak 60.000 dan untuk cek CD4 per anak 210.000 rupiah," jelas Puger.

Puger mengakui membutuhkan dana besar untuk mencukupi kebutuhan obat setiap harinya. Pekerjaannya sebagai juru parkir tak akan pernah cukup untuk memenuhi kebutuhan anak istrinya dan anak asuhnya di Lentera.

Bantuan dari Dinas sosial, pemerintah kota dan provinsi serta para dermawan sangat membantu untuk mendampingi ADHA.

Kompas TV Yuk Kenali Seputar HIV-AIDS
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com