Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jembatan Putus, Para Pelajar Ini Harus Naik Rakit untuk Masuk Sekolah

Kompas.com - 01/12/2016, 18:52 WIB
Slamet Widodo

Penulis

TRENGGALEK, KOMPAS.com - Berbagai aktivitas warga dua desa di Trenggalek dan Ponorogo terganggu akibat putusnya jembatan satu-satunya di daerah itu.  Jembatan penghubung antara Desa Depok, Kabupaten Trenggalek dengan Desa Gedangan Kabupaten Ponorogo itu putus sejak 2 bulan lalu.  Mereka pun harus menggunakan rakit untuk menyeberangi Sungai Pegat.

“Sehubungan jembatan ini putus, maka perjalanan ekonomi dan transportasi dari Desa Gedangan ke Desa Depok menjadi terhambat," ucap Kepala Desa Depok Nuryakin, Kamis (1/12/2016).

Demkian juga para pelajar yang berasal dari Desa Gedangan. Mereka terpaksa harus naik rakit untuk pergi ke sekolah yang berada di Desa Depok.

"Mulai pelajar sekolah dasar hingga sekolah menengah atas dari Desa Gedangan Ponorogo, sekolah terdekat adalah ke Desa Depok Trenggalek ini,” ujarnya.

Seperti disampaikan Didik Setiawan (12), siswa SMP Negeri 4 Panggul Trenggalek yang tinggal di Desa Gedangan. Untuk pergi ke sekolah, dia harus berjalan menyusuri setapak di samping jurang sungai sebelum naik rakit. Jalan itu pun menjadi licin apabila terguyur hujan.

“Setiap hari ya begini, karena tidak ada jalur lain,” ucapnya.

Saat tiba di bibir sungai,  sebuah dermaga darurat yang dibuat oleh warga, pelajar harus melepas sepatu agar mudah naik ke rakit yang terbuat dari bambu. Tidak jarang para pelajar ini menunggu lama di bibir sungai, karena operator rakit sedang istirahat.

“Rakit untuk nyebrang jumlahnya hanya satu. Kalau yang biasa bawa rakit istirahat ya menunggu lama. Terkadang terlalu banyak yang mau nyebrang karena bergantian,karena rakitnya kecil hanya muat tiga orang,” kata Didik.

Dari pantauan di lokasi, tampak sekelompok siswa-siswi sekolah dasar menyeberangi sungai selebar 100 meter dengan menaiki rakit tanpa dilengkapi pengamanan yang memadai.

Dengan bentangan tali kawat yang di rangkai, rakit yang digerakkan oleh tenaga manusia ini, membawa warga termasuk para pelajar hilir mudik menyebrangi sungai.

Tidak jarang mereka tidak masuk sekolah apabila sungai sedang meluap, sehingga sering ketinggalan pelajaran.

“Kalau banjir kami tidak sekolah dan sering ketinggalan pelajaran,” ucap Ana Devi, pelajar SD Depok Trenggalek.

Kondisi tersebut membuat khawatir para orang tua akan keselamatan putra putrinya.

“Sebagai orang tua sebetulnya khawatir juga. Tapi mau bagaimana lagi, kalau tidak seperti ini ya tidak sekolah,” ujar Samini, salah seorang orang tua.

Rakit tersebut dibuat secara gotong royong oleh warga Desa Depok dan Desa Gedangan, supaya warga bisa tetap menjalankan aktivitasnya.

"Agar sedikit mengatasi masalah akses. Semua kami lakukan secara iklas tanpa mungut biaya bagi warga yang hendak menyebrang,” ujar Tarjan, salah seorang warga Desa Depok.

Jembatan kayu sepanjang yang dibangun tahun 2006 itu putus sejak dua bulan lalu karena diterjang banjir. Bagian ujung jembatan kayu sepanjang sekitar 100 meter ini putus dengan panjang sekitar 50 meter.

Mereka berharap pemerintah daerah maupun pemerintah pusat bisa membangun kembali jembatan tersebut.

“Jembatan ini awalnya dibangun hasil swadaya masyarakat Desa Depok Trenggalek dan warga Desa Gedangan Ponorogo. Dana desa yang ada tidak mencukupi untuk perbaikan. Kami harap pemerintah kabupaten maupun pemerintah pusat,segera melakukan perbaikan. Sebab jembatan ini sangat di butuhkan oleh ke dua desa dari dua kabupaten,” ujar Samsul, Kepala Dusun Pegat, Desa Depok, Trenggalek.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com