Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ajak Santri Gemar Makan Ikan, Menteri Susi Bagi-bagi 4,5 Ton Ikan Makarel

Kompas.com - 17/11/2016, 19:44 WIB
Muhlis Al Alawi

Penulis

PONOROGO, KOMPAS.com - Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti membagi-bagikan 4,5 ton ikan makarel hasil sitaan impor ilegal di Laut Pasifik kepada santri Pondok Modern Gontor Ponorogo, Kamis (17/11/2016) sore.

Pembagian ikan itu bertujuan untuk mengajak para santri agar makin gemar makan ikan.

"Ikan yang kami serahkan merupakan hasil sitaan produk impor ikan beku makarel ilegal yang kami tangkap di Laut Pasifik tiga bulan lalu. Totalnya ada 11 kontainer yang kami sita," ujar Susi kepada wartawan seusai menyerahkan secara simbolis 4,5 ton ikan makarel kepada pengasuh Pondok Modern Gontor, Ponorogo.

Sisanya, kata Susi, akan dibagi-bagikan ke wilayah tengah yang jauh dari laut seperti Semarang, Solo, Yogyakarta.

Tak hanya itu, ikan hasil sitaan itu juga akan diberikan kepada santri Pondok Tebu Ireng di Jombang.

Meski sudah disita tiga bulan lalu, kata Susi, ikan makarel itu masih layak dikonsumsi. Bahkan, bila dalam kondisi beku, ikannya masih layak dikonsumsi dalam jangka satu tahun.

Susi mengaku gencar mangampanyekan gerakan gemar makan ikan setelah ia mengetahui hasil survei bahwa satu dari tiga anak Indonesia yang lahir sepuluh tahun terakhir dalam kondisi kuntet atau berpostur tubuh pendek.

Padahal, di negara lain setiap sepuluh tahun anak yang lahir mengalami kenaikan tinggi postur tubuh dua hingga tiga sentimeter.

Susi mengatakan, kenaikan postur tubuh anak yang lahir di negara lain lantaran salah satunya gemar makan ikan. Kondisi terbalik dengan Indonesia yang tinggi ekspor ikan namun masyarakatnya kurang suka makan ikan.

"Setiap sepuluh tahun bangsa lain ketinggian postur tubuh anak yang baru lahir naik dua atau tiga sentimeter. Tetapi indonesia malah turun ketinggiannya. Padahal dengan gemar mengonsumsi ikan akan menyehatkan dan mencerdaskan masyarakat," kata Susi.

Harapannya dengan gemar makan ikan, orang yang lahir dalam kondisi pendek bisa berkurang di Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com