Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Drainase yang Buruk Picu Banjir Bandung

Kompas.com - 14/11/2016, 15:01 WIB

BANDUNG, KOMPAS — Banjir besar kembali melanda sejumlah obyek vital, termasuk stasiun kereta api di Bandung, Jawa Barat, Minggu (13/11/2016). Kondisi ini dipicu buruknya drainase yang tersumbat sampah dan mengalami sedimentasi. Akibatnya, aliran air terhambat dan meluap ke badan jalan.

Saat yang sama terjadi pula angin kencang yang menumbangkan pohon di sejumlah kawasan di kota itu. Tak ada korban jiwa dalam kedua peristiwa itu.

Berdasarkan pemantauan Kompas, sejumlah ruas jalan, antara lain Jalan Pagarsih, Jalan Pasirkoja, Jalan Astanaanyar, Jalan Kalipah Apo, Jalan Stasiun Timur, Jalan Cicendo, Jalan BKR, Jalan Pelajar Pejuang, dan Jalan RE Martadinata, terendam hingga ketinggian 1 meter. Drainase di jalan-jalan itu dipenuhi sampah.

”Drainase yang buruk menjadi penyebab utama banjir. Saluran sempit dan di dalamnya dipenuhi sampah,” kata Ketua Dewan Pakar Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda (DPKLTS) Supardiono Sobirin.

Kereta api

Kompas/Rony Ariyanto Nugroho Banjir menggenangi rel kereta api di Stasiun Bandung, Kota Bandung, Jawa Barat, akibat hujan disertai badai yang menghantam "Kota Kembang" ini, Minggu (13/11). Hujan disertai badai ini menyebabkan pohon tumbang di sejumlah lokasi dan sarana transportasi kereta api lumpuh selama beberapa jam.
Di Stasiun Kereta Api Bandung, banjir menggenangi rel dan terminal sekitar 30 sentimeter. Akibatnya, perjalanan enam kereta api terhambat. Keenam kereta itu seharusnya berangkat atau melewati Stasiun Bandung pukul 13.00-15.30. Itu meliputi empat kereta jarak dekat dan dua kereta jarak jauh. Ribuan penumpang berjubel di stasiun itu.

Kepala Daerah Operasi II Bandung PT Kereta Api Indonesia (Persero) Saridal mengatakan, KRD 390 jurusan Padalarang-Cicalengka, misalnya, tertahan di Stasiun Ciroyom, Kota Bandung. KA 24 Argo Parahyangan Jakarta-Bandung tertahan di Stasiun Cimahi dan KA 32 Argo Parahyangan Jakarta-Bandung tertahan di Stasiun Padalarang.

”Begitu air surut sore hari, kereta diberangkatkan,” kata Manajer Humas Daop II Bandung Ilud Siregar.

Menurut Maulana (38), warga di Jalan Pagarsih, banjir kali ini lebih besar dibandingkan sebelumnya. Selain di Jalan Pagarsih, banjir juga meluas ke Jalan Pasirkoja, Jalan Astanaanyar, dan Jalan Kalipah Apo.

”Arus banjir kali ini lebih kuat. Biasanya Jalan Kalipah Apo hanya terendam 10-20 sentimeter. Kali ini genangan sampai 50 cm,” ujarnya.

Wali Kota Bandung Ridwal Kamil mengatakan, banjir disebabkan tingginya curah hujan sehingga debit air meningkat.

”Hujan deras membuat volumenya besar. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sudah memberikan masukan, cuaca akan seperti ini sampai awal tahun dan masih terus berlangsung,” ujar Ridwan di Stasiun Bandung saat meninjau lokasi rel yang sempat tergenang air.

Berdasarkan data dari radar Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), refleksivitas curah hujan pada Minggu sore bergerak pada 15-25 milimeter per jam. Sementara infrastruktur Kota Bandung tidak mampu menahan air hujan lebih dari 10 milimeter per jam.

Sementara itu, jalan nasional Bandung-Tasikmalaya, tepatnya di Rancaekek Kabupaten Bandung, juga digenangi air dengan ketinggian 30 cm-50 cm. Air menggenangi badan jalan di depan pabrik PT Kahatex hingga PT Kewalram Indonesia sejauh 1 kilometer. Banjir yang dipicu meluapnya Sungai Cikijing itu juga menggenangi ratusan rumah warga.

Banjir hingga setinggi 1,5 meter juga melanda Kecamatan Baleendah, Dayeuhkolot, dan Bojongsoang, Kabupaten Bandung. Sebanyak 2.087 warga dari 627 keluarga mengungsi ke sejumlah lokasi.

(Baca juga: Hujan Lebat, Bandung Dilanda Banjir, Pohon Tumbang Timpa Kendaraan)

Kompas/Rony Ariyanto Nugroho Warga berusaha menembus aliran deras banjir bandang luapan Sungai Citepus yang meluber hingga Jalan Astana Anyar, Bandung, Jawa Barat, akibat hujan disertai badai yang menghantam Kota Kembang ini, Minggu (13/11). Sejumlah titik terdampak hujan disertai badai seperti banjir, pohon tumbang, serta lumpuhnya sarana transportasi kereta api selama beberapa jam.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com