Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

30 Tahun Jadi Guru Honorer, Euis Telah Kubur Impiannya Jadi PNS

Kompas.com - 10/11/2016, 14:01 WIB
Reni Susanti

Penulis

PURWAKARTA, KOMPAS.com – Mata Euis Wahyati (58) berkaca-kaca. Dia menahan tangis menceritakan perjuangannya mengabdi 30 tahun sebagai guru honorer.

“Saya ngajar di SMPN 4 Purwakarta lalu di SMPN Babakan Cikao 1 Purwakarta sebagai pegawai tidak tetap,” ujar Euis, Kamis (10/11/2016).

Sebagai guru honorer, gaji yang diperolehnya sekitar Rp 700.000 per bulan. Namun beberapa tahun lalu ada kebijakan tunjangan daerah Rp1,1 juta sehingga gajinya per bulan hampir Rp 2 juta per bulan.

Gaji tersebut harus cukup untuk kehidupannya, suami, serta dua orang anaknya. Ia menjadi tulang punggung keluarga karena suaminya sudah tidak bekerja.

Agar gaji yang diperolehnya cukup, dia menekankan hidup sederhana dan mengajarkan anak-anaknya menabung apapun yang terjadi. Dari uang saku Rp 5.000 per hari, kedua anaknya menabung Rp 1.000-Rp 2.000 per hari.

Begitupun dengan Euis. Dia bekerja lebih keras dari guru lainnya. Dalam seminggu, dia mengajar hingga 32 jam lebih banyak dari syarat sertifikasi 24 jam per minggu. Dia mengajar bahasa Indonesia, bahasa Sunda dan kriya.

Dari hasil kerja kerasnya itu, dia mendapat dana fungsional Rp 700.000 per tiga bulan. Uang tersebutlah yang ditabung Euis untuk menyekolahkan anaknya ke perguruan tinggi.

“Alhamdulillah, dari hidup sederhana saya bisa menyekolahkan anak salah satu anak saya ke perguruan tinggi. Sedangkan yang satu lagi, kursus Bahasa Jepang dan lain-lain, sehingga ia bisa bekerja di Jepang,” imbuhnya.

Kini, kedua anaknya, Deris Cahya Utami dan Jeri Ariyanto Soetomo, sudah bekerja. Setelah kedua anaknya bisa menghidupi kehidupannya masing-masing, barulah ia memikirkan dirinya dan suami.

“Saya baru punya rumah beberapa tahun lalu. Saya dan suami nabung dan beli rumah tipe 21 dengan luas tanah 60 meter,” imbuhnya.

Rumah tersebut saat ini masih meninggalkan cicilan Rp 350.000 per bulan dengan sisa tenor 5 tahun. Sebelum memiliki rumah sendiri, dia tinggal di rumah peninggalan orangtuanya.

Atas pengabdiannya, dia mendapat tunjangan atau uang kadeudeuh dari Pemerintah Kabupaten Purwakarta sebesar Rp 50 juta. Hingga kini, Euis belum menjadi PNS.

Lulusan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung ini mengubur impiannya mengingat usianya yang tidak mungkin diangkat menjadi PNS. Yang penting baginya saat ini, dia dan keluaganya diberi kesehatan dan kebahagiaan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com