Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Batik Tulis Tangan di Bengkulu Terancam Punah

Kompas.com - 07/11/2016, 06:12 WIB
Firmansyah

Penulis

BENGKULU, KOMPAS.com - Perajin batik tulis tangan terus bertahan di tengah gempuran batik cetak (printing).

Batik cetak dinilai lebih efektif dan efesien dalam industri batik dan hal itu turut pula menggeser batik tulis tangan.

Dony Roesmandani, pemilik Ben's Collection kain batik besurek khas Bengkulu mengungkapkan, gempuran batik cetak atau sablon tak mampu mereka bendung.

Satu per satu karyawan yang awalnya berjumlah 25 orang terpaksa ia rumahkan karena sepinya pembeli batik tangan.

"Pada tahun 1990 kami mempekerjakan 25 orang karyawan, saat itu belum dikenal batik cetak seperti saat ini. Namun seiring waktu teknologi berkembang, batik tangan mengalami penurunan permintaan dan kami terpaksa merumahkan karyawan," kata Dony dijumpai di Bengkulu, Minggu (6/11/2016).

Saat ini, Dony hanya mempekerjakan tiga karyawan untuk membuat batik tulis.

Dony menceritakan, sesungguhnya kualitas batik tangan atau batik besurek Bengkulu jauh lebih bagus dibandingkan dengan hasil cetak atau sablon. Namun perajin kalah di efiseinsi waktu.

"Batik tulis tangan untuk satu meter dikerjakan sekitar satu hari, kalau batik cetak sehari bisa menghasilkan ribuan meter," ungkapnya.

Ia juga menyatakan, dengan tingkat kerumitan, mempertahankan seni keindahan tulis batik dan ciri khas batik besurek Bengkulu membuat pengerjaannya menjadi lama.

Selain itu, tingginya tingkat kerumitan membuat batik tersebut dihargai mahal. Untuk satu meter batik tangan kain besurek Bengkulu paling murah Rp 75.000 per meter dan paling mahal Rp 750.000 per meter.

Bandingkan dengan harga batik cetak atau sablon yang dijual Rp 35.000 per meter.

Baca juga: Kota Bengkulu Akan Menggelar Karnaval Batik Nusantara

Murahnya harga batik cetak, selain menggusur tenaga kerja perajin, juga membuat usaha kecil pembuatan batik tangan di Bengkulu menyusut. Saat ini, usaha kecil kerajinan batik tangan di Kota Bengkulu hanya ada di tiga tempat.

Meski mulai ditinggalkan masyarakat, namun batik tulis tangan tetap ada yang memesan dengan jumlah yang tidak terlalu banyak.

"Pemesan batik tulis tangan masih ada tapi memang tidak banyak untuk kalangan tertentu dan terbatas saja," ujar Dony.

Intervensi pemerintah

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com