Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mereka Belajar soal Perbedaan Keyakinan dan Kesetaraan Hak...

Kompas.com - 05/11/2016, 13:42 WIB
Rahmat Rahman Patty

Penulis

AMBON, KOMPAS.com - Suasana rukun dan penuh keakraban terlihat di antara puluhan pemuda dan pemudi lintas agama yang berkumpul di Kota Ambon, Sabtu (5/11/2016).

Pemandangan harmonis itu muncul dalam pelatihan Interfaith New Generation Inttative and Engagement (Ingage) yang diselenggarakan oleh Indonesia Consortium for Religious Studies (ICRS), The Lutheran Word Federation (LWF), serta Norwegia Agency for Development Cooperation.

Selama mengikuti acara itu, para peserta mendapat pemahaman tentang membangun kesetaraan dan saling menghormati antarumat beragama.

Penanggung jawab kegiatan, Leonard C Eparas, mengatakan bahwa para peserta dibina untuk saling memahami perbedaan iman dengan cara mengeksplorasi melalui teknologi digital secara kreatif dan inovatif.

Pelatihan itu untuk membekali dan memberdayakan kaum muda lintas agama guna menguatkan keragaman agama dan menepis diskriminasi atas dasar iman yang berbeda-beda. Mereka juga belajar tentang memperkuat kesetaraan hak.

"Pelatihan ini memberikan ruang kepada kaum muda untuk turut aktif memperkuat kesetaraan hak dan membangun jembatan lintas agama," kata Leonard kepada Kompas.com, Sabtu.

Kegiatan yang dirancang selama tujuh hari pada 3-9 November 2016. Selain pelatihan, para peserta juga akan mengunjungi rumah-rumah ibadah dan berkomunikasi dengan tokoh agama.

Para peserta juga diminta membuat program live in di tempat tinggal mereka. Sebagai catatan, para peserta yang diseleksi melalui pendaftaran online itu tinggal di rumah-rumah penduduk secara acak di Desa Waiheru.

"Jadi dalam program live in ini yang non Muslim akan tinggal di keluarga Muslim dan non Kristen akan tinggal di keluarga Kristen," ujar Leonard.

Selama live in, para peserta akan belajar tentang perbedaan dan toleransi beragama. Dengan begitu, mereka akan mampu memahami pentingnya saling menghargai perbedaan dan mewujudkan perdamaian.

Kegiatan serupa juga pernah dilakukan di dua kota, yakni Medan dan Manado. Selain menghadirkan peserta dari pemeluk agama yang diakui pemerintah, ada pula penganut agama tradisional.

Direktur Ambon Reconciliation and Mediation Centre (ARMC) IAIN Ambon Abidin Wakano mengatakan, kegiatan tersebut sangat positif untuk membangun pemahaman di antara sesama umat beragama.

"Diharapkan lewat kegiatan ini, para peserta akan menjadi agen perdamaian. Kita ketahui bahwa media sosial selalu dimanfaatkan untuk saling menghujat sehingga diharapkan para peserta ini akan memberikan pencerahan melalui media sosial," kata dia.

Pateki, pemeluk agama tradisional Noaulu di Pulau Seram, merasa sangat senang mengikuti kegiatan tersebut karena banyak pengetahuan yang dia dapat. Selain itu, dia dapat lebih memahami indahnya perbedaan.

"Senang sekali bisa ikut kegiatan ini, saya merasa memahami betul indahnya perbedaan," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com