Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hendak Mudik setelah 14 Tahun, Satu Keluarga TKI Jadi Korban Kapal Tenggelam

Kompas.com - 05/11/2016, 09:13 WIB
Karnia Septia

Penulis

MATARAM, KOMPAS.com - 14 tahun sudah Mahrun merantau ke Malaysia. Rencananya, Rabu (2/11/2016) itu, dia akan pulang kampung dengan memboyong keluarganya.

Namun impian melihat kampung halaman akhirnya kandas setelah kapal yang ditumpanginya karam di Perairan Batam.

Warga Dusun Tanah Embang Daye, Desa Selebung, Kecamatan Batu Kliang, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB) ini menjadi salah satu korban meninggal karamnya kapal TKI di Perairan Nongsa, Rabu (2/11/2016) dini hari.

Kabar ini sontak mengejutkan pihak keluarga. Inaq Remi, ibu Mahrun, dan Amaq Mukmin, ayahnya, hanya diam ditemui di rumahnya. Hanya sang paman, Sarjan, yang aktif berbicara.

Sarjan menuturkan, sore sebelum menyeberang, Mahrun sempat memberikan kabar kepulangannya kepada Inaq Remi, ibunya.

Kepada ibunya, Mahrun mengatakan akan menyeberang dari Johor, Malaysia menuju Batam. Mahrun pulang bersama Zaenab (istri), Atun (anak), Siti Aisyah (adik Mahrun) dan Halil (suami Siti Aisyah).

Dia juga minta dibuatkan jajanan khas Lombok karena sudah 14 tahun tidak pulang ke rumah.

"Rencananya mau pulang jenguk keluarganya. Kan sudah lama sudah 14 tahunan," kata Sarjan.

Keluarga mendapat kabar musibah tersebut untuk pertama kalinya dari orangtua Halil, adik ipar Mahrun, yang juga ikut dalam rombongan kapal.

Halil yang selamat dari maut mengabarkan, Mahrun, Zaenab dan Siti Aisyah meninggal dunia dalam musibah tersebut, sedangkan Atun yang masih berusia balita hingga kini masih belum ditemukan.

Keluarga pun berharap, jenazah para korban bisa dipulangkan secepatnya.

"Kalau dari kami keluarga, semoga jenazah cepat dipulangkan biar secepatnya dimakamkan," kata Sarjan.

Terlepas

Sarjan mengatakan, satu-satunya informasi didapat dari Halil yang saat ini masih berada di Batam. Kepada Sarjan, Halil bercerita, kapal berisi puluhan TKI tersebut sedianya akan bertolak dari Johor, Malaysia, menuju Batam.

Namun setelah beberapa jam perjalanan mesin kapal tiba-tiba macet. Kapal sarat penumpang tersebut diempas ombak besar hingga akhirnya tenggelam.

Halil mengatakan, saat kejadian, dia terus memegang tangan istrinya Siti Aisyah. Namun tangan istrinya terlepas dari genggaman setelah ada ombak besar menerjang. Dia sempat berenang mengejar istrinya tetapi tidak berhasil. Halil pun terus berenang mencari sang istri, namun tak kunjung bertemu hingga dirinya diselamatkan oleh nelayan yang melintas.

 

(Baca juga: Suparlan Jadi TKI demi Kuliahkan Putrinya, Kini Hilang setelah Kapal Tenggelam)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com