Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inovasi Kopi Yuri Angkat Kopi Kebumen hingga Luar Negeri

Kompas.com - 25/10/2016, 10:10 WIB
Kontributor Semarang, Nazar Nurdin

Penulis

SEMARANG, KOMPAS.com – Berawal dari keprihatinan terhadap kondisi sekitar, Yuri Dullah (37) akhirnya membuat satu inovasi untuk menggerakkan masyarakat sekitar.

Di tempat tinggalnya di Desa Pucangan, Kecamatan Ambal, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah yang merupakan dataran rendah, Yuri mendorong warga untuk menanam kopi. Tidak hanya menanam, warga juga diajak mengkreasi biji kopi dengan alat sederhana, namun dengan cita rasa dan kualitas yang amat tinggi.

Yuri mengawali ajakannya dengan menanam 20 batang kopi di belakang rumahnya di antara pohon Albasia. Sembari menunggu pohon berbuah, ia mengajak warga lainnya menanam pohon kopi di antara lahan tak produktif di wilayahnya.

Menurut dia, pohon kopi bisa hidup di mana saja. Kopi tak hanya tumbuh di daratan tinggi, dengan teknik tertentu kopi juga bisa dibudidayakan di dataran rendah.

Yuri menyebutkan, biji kopi di dataran rendah mempunyai rasa yang berbeda.

“Saya ingin ngajak petani merasakan kopi asal Kebumen ini. Kopi ini lebih enak, karena ada cita rasa dibanding kopi ekspreso,” sebut Yuri, di sela promosi di kantor Balitbang, Semarang, Selasa (25/10/2016).

Butuh perjuangan cukup lama untuk mengenalkan kopi Kebumen, beserta inovasi membuatnya. Kopi Kebumen dari dataran rendah acap dikenal sebagai kopi yang mempunyai rasa “kecut.” Namun demikian, Yuri tak patah arang. Melalui sejumlah metode tertentu, biji kopi akhirnya bisa diterima. Selain itu juga bisa dijual dalam bentuk orisinal.

Yuri juga memperkenalkan cara membuat kopi Kebumen melalui sejumlah metode. Menggunakan alat sederhana melalui gelas bambu, kopi Kebumen disaring, membuang racun, hingga mempunyai cita rasa yang lebih baik.

Dalam metode yang diatraksikan, ia memakai batang bambu yang dipoles menjadi gelas. Biji kopi yang dihaluskan lalu dimasukkan ke dalam gelas bambu tersebut, dengan bagian bawahnya diberi lubang kecil.

Untuk membuat gelas bambu, Yuri menggandeng para perajin lokal. Setelah gelang dilubangi, kopi lalu dimasuki air panas, lalu disaring untuk diambil intisarinya. Kopi pun terlihat lebih hitam dan lebih pekat.

“Untuk menunggu warna lebih pekat ini bisa sampai lima sampai 10 menit,” ujar Yuri.

Pemanfaatan bambu, lanjutnya, membuat saringan menjadi lebih sempurna. Selain membuang unsur sakarosa di dalam kopi, bambu juga marak di sekitar tempat tinggalnya.

Oleh para perajin, bambu dibuat gelas, dihaluskan dengan ukuran yang bermacam-macam, dari 4 cm, hingga 6 cm.

Kontributor Semarang, Nazar Nurdin Kopi Kebumen hasil karya Yuri Dullah (37)
Kopi kebumen pun dipromosikan dengan harga yang relatif baik. Untuk satu paket kopi beserta alat yang digunakan, Yuri mematok tarif Rp 60.000 hingga Rp 100.000, tergantung jenis kopi yang dipilih.

Yuri pun sukses mendulang dan mempromosikan Yuan Roasted Coffe. Kopinya pun kini telah sampai di negara tetangga, seperti Jerman, India, Singapura, China, dan negara lainnya.

“Mayoritas kopi di sini robusta, kalau kopi Arabika yang bagus dijual ke luar negeri. Rasa yang kami ditemukan tidak ada di mesin ekspreso. Kopi kami natural tanpa bahan kimia, alami,” ucapnya.

Inovasi yang dilakukannya inilah yang menghantarkan dirinya menjadi pemenang utama lomba kreativitas dan inovasi masyarakat Jawa Tengah tahun 2016.

Kepala Balitbang Jateng Teguh Winarno, dalam kesempatan terpisah mengatakan, inovasi kopi organik dari Yuri merupakan salah satu inovasi dari warga Jawa Tengah. Alat tradisional yang digunakan ramah lingkungan, sehingga secara alami menghilangkan sakarosa.

“Jadi kopinya rendah kalori. Penggunaan bambu ampuh menekan karbohidrat tinggi. Kami akan dampingi hak intelektualnya dan akan didaftarkan di tingkat internasional, karena soal kopi ini ramai sekali plagiarisme,” ucapnya. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com