Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Relokasi Pengungsi Sinabung Berlarut-larut

Kompas.com - 20/10/2016, 12:12 WIB

KABANJAHE, KOMPAS — Sekitar 300 pengungsi erupsi Gunung Sinabung mendatangi kantor Bupati Karo di Kabanjahe untuk meminta kejelasan tentang relokasi bagi pengungsi yang berlarut-larut, Selasa (18/10/2016). Di tengah-tengah unjuk rasa tersebut, seorang pengungsi roboh dan meninggal.

Pengungsi bernama Sartono Sembiring (63), warga Gurukinayan, Kecamatan Payung, tersebut roboh saat pengungsi dan aparat Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Karo, Sumatera Utara, saling dorong di depan ruangan bupati di lantai dua Kantor Bupati Karo, Selasa siang.

Oleh teman-temannya, bapak empat anak itu segera dilarikan ke Rumah Sakit Ester, Kabanjahe. Namun, jiwanya tidak tertolong. Belum diketahui penyebab kematian Sartono karena hingga Selasa malam pihak keluarga menolak jenazah Sartono diotopsi.

(Baca juga: Demo Berakhir Ricuh, Seorang Pengungsi Gunung Sinabung Tewas)

Ketua Badan Permusyawaratan Desa Gurukinayan Tuluk Sitepu (51) mengatakan, sampai di kantor Bupati Karo, sekitar 30 warga masuk ke ruangan kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di lantai satu.

Warga mempertanyakan mengapa ada satu keluarga dari empat keluarga yang tidak menerima dana relokasi mandiri Rp 110 juta. Padahal, semua syarat sudah dipenuhi dan sudah diverifikasi.

Warga tersebut masuk dalam daftar 315 warga Gurukinayan yang oleh warga di luar Gurukinayan dilaporkan ke DPRD Karo tidak mempunyai rumah di Gurukinayan. Padahal, mereka sudah masuk dalam daftar 778 warga Gurukinayan yang menjadi korban erupsi Gunung Sinabung dan berhak mendapatkan dana relokasi mandiri.

Namun, staf BPBD Karo tak bisa menjelaskan dengan gamblang. Staf itu mengajak warga ke ruangan bupati di lantai dua. Di depan lantai dua, aparat satpol PP menghalangi warga masuk, tetapi oleh staf BPBD mereka diminta masuk ke ruangan bupati. Warga marah dan terjadi saling dorong dengan satpol PP. Saat itulah Sartono roboh.

Aksi saling dorong tersebut membuat pintu kaca ruangan bupati pecah dan ajudan bupati terluka.

Dibawa ke kantor bupati

Dari rumah sakit, jenazah Sartono dibawa ke kantor bupati dengan ambulans. Pengungsi menangis sekaligus marah. Mereka memecahkan pintu kaca di samping pintu utama kantor bupati. Jejak-jejak kaki bercampur tanah berserakan di lantai kantor bupati yang dijaga aparat TNI.

Jenazah Sartono kemudian dibawa ke rumah duka yang termasuk di zona merah. Rumah Sartono, berupa pondok dua lantai berukuran 4 meter x 5 meter di tengah kebun jeruk di Gurukinayan, sudah hancur akibat erupsi Sinabung. Selasa petang, Muspida Kabupaten Karo melayat ke rumah Sartono.

Ketua DPRD Effendi Sinukaban menyatakan, pihaknya menerima laporan ada 853 warga di luar Gurukinayan yang menyatakan berhak mendapatkan ganti rugi karena memiliki aset di Gurukinayan. Selain itu, ada laporan 315 warga tidak berhak mendapatkan bantuan karena tidak memiliki rumah di Gurukinayan.

"Karena kami tidak memiliki kuasa, kami kirimkan surat itu kepada Bupati," kata Effendi. (WSI)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 19 Oktober 2016, di halaman 15 dengan judul "Relokasi Berlarut-larut"

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com