Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ridwan Kamil
Wali Kota

Arsitek, Wali Kota Bandung, Jawa Barat

Memimpin di Era Milenial Digital

Kompas.com - 14/10/2016, 13:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorTri Wahono

Di era milenial ini, media sosial adalah alun-alun publik digital. Caci-maki dan puja-puji datang silih berganti dalam hitungan detik.

Di Bandung, masyarakat membuat forum Facebook "Ridwan Kamil Watch" (RKW), isinya adalah kritikan dan masukan, namun tidak sedikit caci-maki. Susah dibedakan mana komen orisinil mana pesanan. Semua serba mungkin.

Karenanya pemimpin era milenial harus paham bahwa konstituennya hari ini rata-rata 'digital native' alias serba digital.

Para pemimpin jadul gagap teknologi yang merupakan 'digitial migrant' harus cepat beradaptasi. Siapa yang masih tertatih dengan dunia teknologi dan komunikasi menjadi kurang relevan dan akan ditinggal konstituen.

Politik di era milenial juga sarat dengan ekstrimintas. Media sosial juga sering digunakan untuk menyerang lawan politik dengan kasar. Menista pemimpin dengan bersembunyi di akun anonim adalah hal lazim.

Siap-siap disuruh mirip Erdogan. Siap-siap diadukonteskan antar-sesama pemimpin, seolah kompetisi putri kecantikan. Siap-siap dimaki dengan kutipan judul berita online. Bahkan hari ini lahir istilah buzzer politik sebagai akun promosi politik. Ada yang orisinil, ada yang berbayar.

Jika hanya mempromosikan visi dan rekam jejak jagoannya tidaklah masalah. Namun hari ini, akun buzzer politik bisa berpola negatif. Tugasnya secara profesional dan konsisten merendahkan dan menistakan lawan politik.

Saking rutin dan ekstrimnya ada yang menyebut sebagai teroris sosmed. Sebuah dampak negatif era digital yang harus dilawan.

Namun jika menguasai komunikasi politik via media sosial, pemimpin hari ini diuntungkan dengan peluang kesetaraan informasi.

Berita buruk dari media umum bisa dijawab dengan postingan tandingan. Fitnah satu arah bisa diklarifikasi dengan postingan bantahan. Teroris sosmed bisa didebat langsung.

Dengan pola serba cepat dan transparan ini, pemimpin era milenial harus bersiap dengan resiko persepsi. Kinerja terberitakan disebut pencitraan. Tidak terberitakan disebut tidak ada kinerja.

Namun kepemimpinan yang disukai hari ini tetaplah kepemimpinan yang menyentuh hati rakyat.

Kepemimpinan yang memotivasi bukan memaki. Kepemimpinan yang menggerakkan bukan memerintahkan. Kepemimpinan yang merangkul bukan memukul. Kepemimpinan yang turun tangan bukan tunjuk tangan.

Kepemimpinan yang terbaik adalah kepemimpinan dengan keteladanan. The best leadership is leadership by example.

Setiap kita adalah pemimpin. Ada yang hanya memimpin dirinya sendiri. Ada yang memimpin keluarga dan ada yang berkesempatan memimpin masyarakat.

Secara sederhana, tugas pemimpin masyarakat hanyalah dua: dengan ideologi menggerakkan masyarakat dan dengan inovasi menghadirkan perubahan.

Mari menjadi pemimpin yang tidak pernah lelah untuk mencintai Indonesia. Mari jadi pemimpin yang relevan untuk jamannya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com