Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Raskin Ini Harus Dicuci dengan Air Hangat agar Layak Dimakan

Kompas.com - 04/10/2016, 20:16 WIB
Kontributor Ungaran, Syahrul Munir

Penulis

UNGARAN, KOMPAS.com - Berulangkali menerima beras untuk rakyat miskin (raskin) dengan mutu jelek, warga di tiga wilayah kecamatan di Kabupaten Semarang mengadu ke dewan.

Mereka berasal dari Kecamatan Sumowono, Bandungan, dan Kecamatan Ambarawa.

Beras yang dibagikan kepada warga miskin tersebut berwarna kuning kecokelatan, berbau dan kadar beras pecah atau menirnya tinggi.

Karena mutunya jelek, sebagian warga memilih menjual jatah raskinnya. Namun bagi kebanyakan warga yang tak punya pilihan terpaksa harus mengonsumsinya.

"Harus dicuci dengan air hangat dulu sebelum dimasak. Seingat saya, raskin tahun ini yang bagus hanya tiga kali saja," ungkap Jafarin (28), warga RT 4 RW II, Lingkungan Ngonto, Desa Candi, Kecamatan Bandungan, Selasa (4/10/2016) siang.

Jafarin mengatakan, tidak hanya dirinya yang mendapatkan raskin bermutu jelek. Setidaknya ada delapan warga lainnya yang masih satu lingkungan RT dengannya yang menerima paket raskin tersebut.

Senada, Untung Harsono, warga RT 2 RW VI, Lingkungan Garung, Ngampin, Kecamatan Ambarawa, mengungkapkan, ketika mendapati raskin bermutu jelek, ia harus mencampurnya dengan beras yang dibeli dari pasar agar layak dikonsumsi.

"Sudah berulang kali, Mas. Ya, kalau pas ada uang, saya campuri beras yang dibeli di pasar. Kalau langsung dimasak, kasihan anak saya," kata Untung.

Baik Untung maupun Jafarin berharap kepada Pemkab Semarang agar pembagian beras raskin ke depan lebih diperketat mutunya. Ada semacam quality control, sehingga mutu beras miskin tetap layak untuk dikonsumsi.

"Teknisnya bagaimana monggo, kita masyarakat kurang paham soal itu," tandas Untung.

Sementara itu, Wakil Ketua Komisi B DPRD Kabupaten Semarang, Said Riswanto yang mendapat laporan ihwal beras miskin tersebut mengatakan, laporan raskin bermutu jelek tidak hanya datang dari Kecamatan Bandungan dan Ambarawa saja.

Kemarin, sejumlah warga dari Desa Kemawi, Kecamatan Sumowono juga mengadukan hal yang sama.

"Kalau yang terjadi di Sumowono, warga memilih menjual raskin ke pasar kemudian dibelikan beras yang mutunya lebih baik. Mereka rugi juga kan, karena otomatis jumlah berasnya lebih sedikit," kata Said.

Menurut Said, fenomena menjual raskin untuk kemudian uangnya dibelanjakan beras yang mutunya lebih baik kebetulan hanya dilakukan oleh penerima yang lokasinya lebih dekat dengan kota atau pasar.

Sedangkan warga miskin, terutama di pelosok desa, yang hanya bisa pasrah menerima raskin bermutu jelek jumlahnya jauh lebih banyak.

Kata Said, mereka malas untuk mengembalikan raskin karena warga enggan mengeluarkan biaya tambahan. Padahal, menurut dia, ada ketentuan bahwa pembagian raskin harus memenuhi 6T, yakni tepat sasaran, tepat jumlah, tepat harga, tepat waktu, tepat kualitas, dan tepat administrasi.

"Ke depan kami meminta agar raskin jelek tidak dibagi, kalau ada harus diganti," tegasnya.

Kendati distribusi raskin dilakukan oleh Perum Bulog, lanjutnya, seharusnya SKPD terkait mengontrol distribusinya hingga ke penerima. Ia mengaku geram lantaran persoalan raskin jelek ini bukanlah kasus yang baru, tetapi selalu berulang.

"Jangan bergerak kalau sudah ada laporan. Pemkab harusnya mengontrol, layak apa tidak sebelum dibagikan," imbuhnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com