Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warisan Nenek Moyang, Desa Pucang Dikenal sebagai Sentra Kerajinan Tanduk Sapi

Kompas.com - 02/10/2016, 14:35 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana

Penulis

MAGELANG, KOMPAS.com - Hampir sebagian masyarakat di Desa Pucang, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, adalah perajin tanduk sapi dan kerbau. Ratusan hingga ribuan hasil kerajinan tanduk itu telah dipasarkan ke berbagai daerah.

Tidak heran jika desa yang terletak sekitar tiga kilometer dari Jalan Utama Magelang-Semarang itu disebut kampung sentra kerajinan tanduk. Fatkhul Arif, salah satu perajin tanduk Desa Pucang, menceritakan konon warga di desa ini sudah mulai menjadi perajin tanduk sejak masa Pangeran Diponegoro ratusan tahun silam.

Entah siapa yang memulai menjadi perajin. Pada 1980-an bahkan hasil kerajinannya sudah sampai ke Perancis dan Belanda.

Aris, panggilan Fatkhul Arif, tidak pernah belajar secara formal untuk bisa menjadi perajin tanduk. Keahliannya itu diperoleh dari hasil belajar dari orang tua dan orang-orang di sekitarnya. Ia juga otodidak mempelajari seni mengolah tanduk melalui buku maupun internet.

"Dari kecil kami sudah terbiasa melihat orang tua kami mengolah tanduk, dari situ kami belajar sampai sekarang," kata Aris, kepada Kompas.com, akhir pekan ini.

Aris menjelaskan tanduk yang diolah menjadi kerajinan adalah tanduk sapi dan kerbau. Biasanya ia ambil dari darah Boyolali dan Jakarta. Keduanya memiliki keunikan sendiri, dari segi motif, warna dan kekuatannya.

Tanduk-tanduk itu bisa menjadi beragam jenis kerajinan dan hiasan antara lain sisir, gantungan kunci, mangkok, asbak, wayang, alat pijak, gelang, cincin dan masih banyak lagi.

Pengolahan tanduk menjadi kerajinan tidak hanya butuh keahlian dan sentuhan seni, akan tetapi juga ketekunan karena proses pengolahan tidak sebentar. Pengolahan diawali dengan pembakaran tanduk di atas bara api agar lebih lentur sehingga mudah dibentuk.

Setelah dipres dan menjadi berbentuk lembaran, tanduk dicetak dan dipotong sesuai keinginan. Proses selanjutnya adalah penghalusan dan finishing lalu dipasarkan.

"Dalam sehari bisa bikin sendok tanduk sekitar 30 buah karena bentuknya sederhana. Kalau rumit, seperti wayang, bisa berhari-hari baru selesai," kata Aris yang dibantu empat karyawannya.

Kompas.com/Ika Fitriana Proses pembuatan kerajinan tanduk di Desa Pucang, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Hasil kerajinan itu kemudian dipasarkan dengan cara dijual ke pedagang besar dan diikutsertaan ke berbagai pameran. Sekitar tahun 2000, warga setempat mendirikan showroom khusus untuk men-display aneka hasil kerajinan tanduk.

Harga kerajinan tanduk bervariasi, mulai Rp 25.000 hingga ratusan ribu rupiah tergantung kerumitan produk. Meskipun telah berkembang, namun belakangan para perajin mulai kesulitan memperoleh bahan baku sehingga harus mendatangkan tanduk dari luar pulau Jawa yang membutuhkan modal lebih banyak dari biasanya.

Di samping itu, generasi perajin juga semakin berkurang. Menurut Aris, tidak banyak warga, khususnya generasi muda, yang tertarik menggeluti usaha kerajinan tanduk. Kebanyak mereka lebih memilih menjadi karyawan atau usaha di bidang lain.

"Akibatnya kami lebih memilih membuat kerajinan sesuai pesanan saja. Kalau membuat stok, bahan bakunya dan pegawai kurang," tutur dia.

Sementara itu, Kepala Desa Pucang Anwari mengungkapkan, kerajinan tanduk memang sudah lama menjadi salah satu produk andalan Desa Pucang. Hal ini sejalan dengan program pemerintah daerah yang mencanangkan one village one product (OVOP).

"Kerajinan tanduk menjadi andalan kami, bahkan sudah sejak bertahun-tahun lalu. Kami berusaha mendorong agar para perajin semakin berkembang," kata Anwari.

Kepala Industri Logam Mesin Kimia Bidang Industri Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Magelang Sri Wardani mengungkapkan pihaknya juga terus mendorong dan mendampingi para perajin tanduk Desa Pucang ini agar terus berinovasi untuk siap menghadapo Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).

Menurut Sri, kerajinan tanduk Desa Pucang sudah merampang pasar eksport hingga benua Eropa dan Amerika. Meski diakui sistem perdagangan masih dikuasai oleh para pedagang besar maupun eksportir.

"Kami dorong dan dampingi para perajin dengan berbagai pelatihan agar mereka lebih banyak lagi pengetahuan khususnya terkait pemasaran. Sebab sejauh ini mereka masih mengandalkan pedagang besar," ungkapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com