Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perlahan Mengatasi Trauma Anak-anak Korban Banjir Garut

Kompas.com - 28/09/2016, 16:35 WIB

Mendengar kisah sedih muridnya, pihak sekolah tidak ingin berpangku tangan. Mereka harus berubah agar kejadian yang sama tidak terulang lagi.

Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SLB B Negeri Garut Nia Suniawati mengatakan, pengenalan kebencanaan sebelumnya tidak terlalu sering disampaikan di sekolah. Tahun ini pengenalan kebencanaan baru sekali dilakukan bekerja sama dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Garut.

"Setelah kejadian ini, kami harus menyosialisasikan mitigasi bencana lebih gencar kepada siswa. Tidak ada yang tahu kapan banjir bandang akan datang lagi," katanya.

Hal serupa dikatakan guru SMP Negeri 3 Garut, Susi Sri Wahyuni. Susi mengatakan, sosialisasi akan masuk dalam program bela negara yang mulai diterapkan tahun ini. Hanya berjarak sekitar 50 meter dari Sungai Cimanuk, banjir bandang berpotensi kembali menghancurkan sekolah.

"Kami harus banyak belajar untuk mencegah hal ini tak terulang lagi," katanya.

Bangkit

Saat kesedihan masih menyelimuti siswa SMPN 3 Garut, 150 siswa SD Sukaratu I, Kecamatan Banyuresmi, Garut, tengah berusaha bangkit. Di hari pertama sekolah setelah banjir bandang, mereka kedatangan tamu. Siang itu, pertunjukan badut ala Andika dan Denz, pemain badut, hadir di depan mereka.

Mereka datang dari Kota Tasikmalaya bersama anggota Forum Komunikasi Jurnalis Tasikmalaya (FKJT) dan Forum Relawan Bencana Tasikmalaya. Mereka membawa ratusan paket alat tulis dan mandi yang akan diberikan kepada siswa.

"Mudah-mudahan kami bisa menghibur. Kami berharap kalian jangan pernah takut dengan air. Tetap semangat," kata Koordinator FKJT Hendra Herdiana di hadapan siswa SD Sukaratu I.

Selama setengah jam, Mr Andika menjadi pusat perhatian siswa dan beberapa orangtua siswa. Mulai dari menari, memainkan permainan interaktif, hingga sulap. Dia menghadirkan gelak tawa setelah kemuraman menyelimuti Sukaratu.

Ny Otos (43), warga Sukaratu, Kecamatan Banyuresmi, yang menemani anaknya, Diki Setiawan (12), mengatakan terhibur dengan tingkah jenaka Andika. Ia berharap lebih banyak senyum dan tawa di Sukaratu setelah banjir bandang.

Akan tetapi, tetap tak mudah menghilangkan trauma dari kepalanya. Dia pun menceritakan kronologi banjir bandang yang ia lihat. Dari rumahnya yang berada lebih tinggi, berjarak sekitar 500 meter dari Sungai Cimanuk, ia melihat pohon tumbang satu per satu, air bah membawa batuan besar, hingga bangunan sekolah yang terendam hingga 2 meter.

"Sampai sekarang, kalau hujan besar, saya masih ketakutan. Namun, semuanya harus jadi pelajaran. Tidak ada yang mau hal ini terulang lagi," katanya. (Cornelius Helmy)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 27 September 2016, di halaman 21 dengan judul "Perlahan Mengatasi Trauma".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com