Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sulitnya Lokasi Pelepasliaran Orangutan...

Kompas.com - 28/09/2016, 15:30 WIB
Dani Julius Zebua

Penulis

BALIKPAPAN, KOMPAS.com - Hutan ideal untuk tempat orangutan dilepas liar semakin sempit. Kondisi ini seiring bertambahnya orangutan yang terus berhasil diselamatkan.

Deputi Direktur PT Restorasi Habitat Orangutan Indonesia Aldrianto Priadjati mengungkapkan, pihaknya tengah mengupayakan kawasan baru untuk mengantisipasi semakin sempitnya hutan tempat pelepasliaran itu.

"Kami masih terus mencari areal untuk pelepasliaran, bukan lahan untuk investasi," kata Aldrin, sapaannya, Rabu (28/9/2016).

Orangutan, hampir seluruhnya usia bayi dan balita, terus diselamatkan dari waktu ke waktu. Mereka kemudian menjalani rehabilitasi sebelum dilepas liar kembali.

Borneo Orangutan Survival Foundation Samboja Lestari di Kecamatan Samboja, Kutai Kartanegara, merupakan salah satu pusat rehabilitasi untuk Kalimantan Timur.

RHOI mencatat orangutan di BOSF Samboja Lestari "mendidik" lebih dari 200 orangutan dan kini belum dilepasliarkan.

Orangutan "lulusan" Samboja Lestari ini sejatinya bakal menempati Hutan Kehje Sewen seluas 86.450 hektar di Kutai Timur, hutan primer yang disediakan sebagai rumah baru mereka. Hutan ini memiliki kapasitas maksimal 150 orangutan. Kini, sudah 45 yang dilepas liar ke Kehje Sewen.

"Kalau maksimal 150 orangutan, maka masih 105 lagi yang akan dilepas liar berikutnya," kata Aldrian.

Sekitar 100 orangutan lagi yang harus menunggu kawasan baru. Sementara itu, orangutan tetap akan terus bertambah dari waktu ke waktu seiring dengan meningkatnya konflik manusia dengan orangutan akibat pembukaan lahan besar-besaran.

Aldrin mengatakan, tidak ada cara lagi kecuali menambah luas wilayah pelepasliaran. Tidak mungkin mengandalkan Kehje Sewen semata, sedangkan beberapa hutan lindung dan konservasi sudah terbukti tidak memberi jaminan keamanan.

"Taman Nasional Kutai saja masih sering ditemukan orangutan yang keluar-keluar (ditemukan di permukiman sekitar TNK)," kata Aldrin.

Sementara itu, pemerintah dirasa belum serius ikut dalam pelestarian orangutan. Ini terlihat dari tata kelola wilayah dan pemetaan lahan yang masih tumpang tindih. Belum lagi pemerintah dan pengusaha pemegang izin perkebunan tidak sinergi dalam mengemas konsep konservasi. Belum ada jalan keluar yang benar-benar menjanjikan.

"Pemerintah mestinya duduk bersama," kata Aldrin.

Sulit memperoleh kawasan tepat, RHOI pun kini tengah melakukan pendekatan ke pemerintah untuk bisa mendapat wilayah tambahan di sebelah Kehje Sewen sekarang.

"Luasnya 50.000 hektar, sebelah Kehje Sewen. Wilayah tak bertuan. Kami tengah upayakan ke pemerintah agar wilayah itu bisa jadi tahap kedua," kata Aldrin.

RHOI adalah sebuah organisasi independen bentukan Yayasan BOS pada tahun 2009. Mereka bekerja untuk menyediakan tempat yang aman dan permanen bagi orangutan Kalimantan liar atau semi-liar, bukan sembarang hutan. Orangutan dilepas liar harus berdasar subspesies dan lokasi. Artinya, orangutan Kaltim tidak bisa dilepaskan ke Kalimantan Tengah atau hutan lain di luar Kalimantan Timur.

Begitu pula dengan orangutan Kalteng tidak bisa dilepaskan ke Kalimantan Barat. Selain itu, rumah baru bagi mereka adalah daerah tanpa atau dengan populasi rendah orangutan liar, berada di dataran rendah kurang dari 900 meter dpl, tidak dalam bahaya ancaman konversi, jauh dari permukiman warga, dan terutama adalah ketersediaan pakan.

Sayangnya, kata Aldrin, sulit didapati hutan ideal itu akibat konversi lahan dan degradasi hutan. Hutan yang layak untuk orangutan dan yang tersisa di Indonesia sulit didapatkan. 

Kompas TV Jual Beli Orangutan di Medan Digagalkan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com