Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seren Taun Cipta, Menjaga Tradisi Swasembada Pangan

Kompas.com - 20/09/2016, 07:00 WIB
Budiyanto

Penulis

SUKABUMI, KOMPAS.com - Udara dingin dan kabut menyelimuti pagi hari di Kampung Gede Kasepuhan Adat Cipta Gelar, Minggu (18/9/2016).

Masyarakat di kampung adat yang berlokasi di Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Sukabumi, Jawa Barat itu sudah terbangun.

Mereka sudah sibuk pada pagi itu. Kaum hawa sibuk di dapur, menyalakan tungku kayu bakar yang berada di dapur. Memasak air untuk seduhan kopi panas pada pagi itu. Mereka juga memasak penganan untuk menemati seduhan kopi.

Kaum laki-laki mandi dan berkemas-kemas mengenakan pakaian adat berwarna serba hitam. Tidak luput kain lebar berbahan batik untuk menjadi iket di kepala sebagai salah satu ciri khasnya.

"Ngopi heula (dulu)," ajak Ki Arjapi salah seorang tetua adat kepada Kompas.com yang memberikan tumpangan menginap di rumah panggungnya selama tiga hari dua malam di Kampung Cipta Gelar.

Rasa dingin yang dirasakan sejak semalam, terlebih pada malam bersamaan dengan bulan purnama itu hilang saat menikmati seduhan kopi sambil menghangatkan tubuh dekat tungku.

Minggu itu, masyarakat yang tergabung pada Kesatuan Adat Banten Kidul itu akan menggelar puncak upacara adat Seren Taun ke-648 di Alun-alun Kampung Adat yang berlokasi di sekitaran lereng selatan Gunung Halimun.

Di lokasi, di mana upacara adat sebagai bentuk rasa syukur setelah panen padi setahun sekali kepada Yang Maha Kuasa akan digelar sudah dikosongkan.

Di tengah lapang dengan ukuran sekitar 6 kali lapangan bola voli itu sudah disimpan lisung dan alu.

Di sisi lain, Leuit Si Jimat (lumbung padi) yang akan menjadi lokasi puncak acara sakral dalam upacara adat Seren Taun sudah berhias. Begitu juga di depannya, di rumah panggung panjang sebagai tempat musyawarah.

Kesibukan pada pagi di tempat yang berketinggian sekitar 1.000 meter dari permukaan laut juga berlangsung di Imah Gede (rumah besar). Di rumah yang terbuat bahan-bahan dari alam ini, kesibukan sangat terlihat di bagian dapur.

Puluhan bikang (ibu) mengenakan pakaian adat sarung dan kebaya itu tugasnya mempersiapkan makanan dan minuman yang disuguhkan bagi warga adat dan tamu selama di Cipta Gelar. Bagi masyarakat adat, haram hukumnya bila membiarkan para tamu kelaparan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com