Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Air Sungai Martapura Berubah Warna, Ribuan Ekor Ikan Mati

Kompas.com - 15/09/2016, 07:18 WIB
Jumarto Yulianus

Penulis

BANJARMASIN, KOMPAS.com – Ribuan ikan yang dibudidayakan dalam keramba jaring apung di Sungai Martapura, Banjarmasin, Kalimantan Selatan mati dalam seminggu terakhir. Kematian massal ikan yang dipicu perubahan warna dan kadar keasaman air sungai tersebut mengakibatkan para pembudidaya merugi.

Abdullah (59), pembudidaya ikan di Kelurahan Benua Anyar, Banjarmasin Timur saat ditemui di lokasi kerambanya, Rabu (14/9) sore, mengemukakan, sekitar 2.000 dari 5.000 ekor ikan nila berusia tiga bulan miliknya mati, akhir pekan lalu.

”Ikan-ikan itu mati ketika air sungai berubah warna dari kecokelatan menjadi kehijauan,” katanya.

Akibat kematian massal tersebut, Abdullah yang sudah lebih dari 10 tahun membudidayakan ikan dengan keramba jaring apung, menderita kerugian sekitar Rp 2 juta untuk biaya benih dan pakan.

”Itu tidak termasuk kerugian waktu dan tenaga untuk mengurusnya selama tiga bulan,” ujarnya.

Menurut Abdullah, kematian massal ikan kali ini hanya terjadi pada ikan nila. Untuk ikan bawal, hanya beberapa ekor saja yang mati, sedangkan ikan patin hampir tidak ada yang mati. Namun, ia mengaku, dibandingkan tahun lalu, kematian massal kali ini tidak begitu parah.

”Tahun lalu, kematian massal tidak hanya terjadi pada ikan nila, tetapi terjadi juga pada ikan bawal dan patin sehingga kerugian yang dialami para pembudidaya sangat besar,” tutur pembudidaya yang memiliki 16 keramba jaring apung ini.

Yudi (34), pembudidaya ikan lainnya, menuturkan, kematian ikan nila miliknya tidak begitu banyak karena sebagian besar sudah dipanen beberapa waktu lalu.

”Jumlah yang mati tidak sampai 100 ekor. Namun, ikan nila sisa panen beberapa waktu lalu mati semua,” ujarnya.

Menurut Yudi, kematian massal ikan di Sungai Martapura merupakan kejadian tahunan, yakni setiap musim kemarau. Ketika air Sungai Martapura sudah mulai surut, airnya yang semula berwarna kecokelatan tiba-tiba berubah menjadi jernih kehijauan.

”Kalau sudah begitu, pasti tingkat keasamannya tinggi dan kandungan oksigennya rendah. Itulah yang mengakibatkan ikan-ikan mati,” katanya.

Ketua Kelompok Pembudidaya Ikan ”17 Mei” Benua Anyar Muhammad Husnaini mengatakan, perubahan warna dan kadar keasaman air Sungai Martapura merupakan fenomena alam yang sulit diprediksi. Karena itulah, sekitar 50 pembudidaya ikan dengan keramba jaring apung di wilayahnya hanya pasrah ketika ikan-ikannya mati.

”Jika sudah mulai terjadi kematian massal seperti sekarang ini, untuk mengantisipasi kerugian lebih besar, maka para pembudidaya langsung memanen ikan meski belum waktunya panen dan tidak menebar benih untuk sementara waktu,” katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com