Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ganjar Pranowo
Gubernur Jateng

Gubernur Jawa Tengah

Semoga Petani Tembakau Amnesia Permanen

Kompas.com - 14/09/2016, 12:14 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorWisnubrata

SAYA punya tiga sahabat. Yang pertama namanya Agus Gondrong, Wisnu Brata, dan satunya lagi Agus Tidak Gondrong. Ketiganya ini petani tembakau dan kepala desa asal Temanggung. Mereka lah yang selalu nyereweti saya soal tembakau sejak saya jadi gubernur.

Sudah jadi kebiasaan mereka datang kepada saya saat sedang susah. Misalnya ketika panennya njeblug, dan pupuk langka atau mahal.

Kalau sudah begitu biasanya saya datang ke Temanggung. Berdialog dengan para petani, memerintahkan dinas terkait menyediakan pupuk dan menelepon pabrik pupuk. Atau mendatangi pabrik rokok agar lebih memperhatikan harga beli supaya tinggi.

Setelah persoalan bisa diatasi, biasanya mereka tidak cerewet lagi.

Nanti mereka akan cerewet dan marah-marah lagi pada musim panen. Baik karena harga beli dari pabrik rokok yang rendah, atau jadwal pembelian tembakau dari pabrik yang tidak sesuai harapan.

Petani minta hasil panen segera dibeli, tapi pabrikan mempunyai polanya sendiri.

Sudah tiga tahun ini saya selalu hadir di Temanggung untuk memediasi dua kelompok (petani dan pabrik) yang saling membutuhkan ini. Untuk tahun ini isunya lebih seru. Karena persoalan pertembakauan dibumbui dengan isu naiknya harga rokok yang katanya sampai Rp 50 ribu itu.

Cara pandang mereka para petani ternyata berbeda dengan pemerintah. Mereka bertanya pada saya, "Pak Gubernur kenapa harga rokok harus naik, nanti pembeli berkurang dan tentu pabrikan akan mengurangi jumlah pembelian tembakau, lha nasib kami bagaimana?"

Mereka, para petani tembakau itu bukan petani yang bodoh. Mereka selalu memantau pergerakan tembakau di seluruh dunia lewat internet.

Bukan mengada-ada karena sahabat saya yang bernama Agus Gondrong itu adalah kepala desa Campurejo, Tretep, Temanggung, yang terkenal sebagai desa cyber. Jaringan internet di sana mereka manfaatkan betul untuk “perang” tembakau.

DOK. HUMAS PEMPROV JATENG Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dalam acara panen perdana tembakau di lereng Gunung Sumbing Desa Wonosari, Bulu, Temanggung, Selasa (5/8/2014).
Saya ingat, awal-awal saya jadi gubernur diundang dalam perbincangan di Kompas TV. Terus terang waktu itu saya agak tidak enak. Sebagai gubernur baru, saya harus berhadap-hadapan dengan menteri kesehatan dan YLKI yang juga hadir.

Saya diberi tugas oleh para petani untuk menjelaskan kondisi pertembakauan di Jateng kepada menteri dan YLKI. Bukan tugas sembarangan karena para petani itu telah memberi gelar pada saya sebagai Senopati Tembakau.

Gelar itu saya pahami sebagai amanat dari satu komunitas petani tembakau yang mengharapkan ada orang tua yang selalu membela dan melindungi.

Namun dalam perdebatan di Kompas TV, sahabat-sahabat tembakau saya ini menyampaikan pendapat yang mengejutkan. Ada salah seorang yang mengatakan bahwa YLKI yang sangat menolak rokok ini ternyata dibiayai oleh Bloomberg.

Saya tanya data itu dari mana, ternyata petani-petani ini dapat data dari searching di internet. Dan belakangan YLKI mengakui soal itu.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com