Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah "Alon Buluek" dan Sirnanya Dokumentasi Penting Masa Lalu Aceh

Kompas.com - 09/09/2016, 11:09 WIB
Masriadi

Penulis

BANDA ACEH, KOMPAS.com - Gedung bertingkat dua itu menjulang tinggi dengan bentuk atap segitiga. Terlihat sepi dari luar. Pada bagian depan, tertulis Pusat Dokumentasi dan Informasi Aceh (PDIA).

Selama dua tahun terakhir, lembaga yang menyimpan arsip sejarah Aceh tempo dulu itu menempati gedung di kompleks Museum Aceh, Banda Aceh, tersebut.

Sebelumnya, PDIA berada di kawasan Blang Padang, Banda Aceh. Kini, di lokasi itu dibangun Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Syah Kuala, Banda Aceh.

PDIA di kompleks museum tersebut menempati gedung di lantai dua. Lantai satu dijadikan kantin untuk para pengunjung museum.

Setiap kali ada pengunjung yang datang, petugas PDIA menyambut dengan senyum ramah dan menawarkan bantuan.

Lantai dua gedung itu dibagi dua. Satu bagian digunakan sebagai kantor PDIA, berisi meja kerja staf dan pimpinan lembaga itu.

Bagian lain untuk memajang foto koleksi Aceh era kesultanan Aceh, penjajahan Belanda, hingga pendudukan Jepang. Hanya ada satu rak yang berisi buku.

Pusat informasi itu buka setiap Senin hingga Jumat pukul 08.30 – 17.00 WIB. Sayangnya, koleksi lengkap tentang sejarah Aceh tempo dulu tak lagi terlihat di sana. Ratusan buku dan data digital masa lalu hilang ditelan alon buluek atau tsunami pada 2004.

"Kami tidak lagi memiliki koleksi lagi. Saat tsunami, kantor hancur berikut data-datanya," kata staf PDIA, Rewita Faura, Kamis (8/9/2016).

Ia menuturkan, tidak ada lagi kliping koran masa penjajahan Belanda dan Jepang atas Aceh di lembaga tersebut.

Sebelum badai dahsyat yang menghancurkan sebagian besar Aceh itu, PDIA memiliki dokumen lengkap tentang sejarah masa lalu Serambi Mekkah tersebut.

PDIA pernah menyimpan dokumen perang melawan Belanda, Jepang hingga dokumentasi era revolusi kemerdekaan di Aceh. Namun, kini semuanya lenyap.

"Bahkan, ada file koran tempo dulu yang lumayan lengkap ada di PDIA," kata Iskandar Norman, penyuka sejarah di Banda Aceh.

Kini, masyarakat Aceh berharap agar Pemerintah Aceh serius mendokumentasikan sejarah masa lalu. Dengan begitu, generasi masa depan Aceh tidak lupa akan sejarah negerinya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com