Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pelajar Banyuwangi Jernihkan Air Limbah Tahu dengan Biji Kelor

Kompas.com - 07/09/2016, 13:09 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati

Penulis

BANYUWANGI, KOMPAS.com - Alif Alfian Surur (17) dan M Yogie Hendrawan (16), keduanya siswa SMAN 1 Purwoharjo, melakukan penelitian untuk menjernihkan air limbah tahu dengan menggunakan biji kelor dan kulit pisang kepok.

Kepada Kompas.com, Rabu (7/9/2016), Yogie menjelaskan ide itu muncul ketika dia mengunjungi pabrik tahu industri rumahan milik pamannya. Menurutnya, banyak tetangga yang mengeluh dengan bau limbah tahu yang dihasilkan. Air tanah juga ada yang tercemar.

Selain itu, di dekat sekolah mereka juga dekat dengan pabrik tahu dan mengalami masalah yang sama, yaitu bau dari limbah tahu yang menggangu sekitar.

"Akhirnya kami mencari-cari literatur terkait pencemaran akibat limbah industri dan dari data Kementerian Lingkungan Hidup pada tahun 2015, dari 33 provinsi di Indonesia, 68 persen mengalami pencemaran. Dan, jika dibiarkan limbah tahu juga menjadi penyumbang karena untuk industri tahu skala besar bisa menghasilkan limbah 1.000 sampai 1.750 liter per hari ," jelas Yogie.

Kedua siswa yang tergabung dalam ekstrakulikuler karya tulis ilmiah di sekolahnya itu kemudian melakukan studi pustaka. Pada jurnal yang diterbitkan oleh Universitas Liechester, Inggris, mereka mendapatkan penelitian tentang penggunaan biji kelor (Moringa oliefera) yang dapat membunuh bakteri Escherichia coli.

"Akhirnya kami berpikir kenapa tidak diaplikasikan pada limbah tahu? Untuk adsorsi atau menpercepat proses kami menggunakan ekstrak kulit pisang kepok (musa acuminata bilbisiana coli)," tambah Alif.

Alif menjelaskan, kulit pisang kepok dipilih karena memiliki kandungan asam karboksilat yang paling tinggi. Selain itu, kulit pisang kepok juga mudah ditemukan seperti di penjual pisang goreng.

"Seperti kelor yang mudah ditemukan di kebun-kebun. Kulit pisang kepok juga biasanya dibuang dan jadi sampah. Jadi kami manfaatkan saja," ungkapnya.

Caranya sederhana, biji buah kelor dan kulit pisang kepok dikeringkan kemudian dihaluskan. Dengan menggunakan metode koagulasi/flokulasi, 1 gram serbuk biji kelor dan 1 gram serbuk kulit pisang kepok dilarutkan ke dalam satu liter air limbah tahu. Setelah diaduk, maka akan ada endapan limbah dan air yang terpisah.

"Untuk air akan berubah menjadi jernih, tidak bau dan sudah aman untuk dibuang ke sungai," jelasnya.

Penelitian kedua siswa tersebut berhasil masuk nominasi lomba karya tulis ilmiah yang diselenggarakan oleh Universitas Indonesia Program Studi Ilmu Lingkungan dalam rangka homecoming day 35 tahun untuk pelajar SMP dan SMA.

"Dengan penelitian ini kami harap masyarakat khususnya anak muda lebih peka terhadap masalah lingkungan," tambahnya.

Apalagi kelor dan kulit pisang kepok sangat mudah didapatkan di Banyuwangi. Ke depannya, keduanya juga akan melakukan serangkaian penelitian lanjutan, yaitu mengelola endapan hasil pengelolaan limbah air tahu tersebut.

“Kita akan terus mengembangkannya,” jelas Alif diamini Yogie.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com