Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita La Ode Kembalikan Terumbu Karang ke Dasar Laut

Kompas.com - 06/09/2016, 19:32 WIB
Dani Julius Zebua

Penulis

BALIKPAPAN, KOMPAS.com - Laut Teluk Balikpapan, Kalimantan Timur, tengah pasang naik dan berombak besar. Kondisi laut itu tak menyurutkan La Ode (44), seorang nelayan sekaligus penyelam tradisional asal Kelurahan Bontang Kuala, Bontang Utara, Kota Bontang, Kalimantan Timur untuk menyelam.

La Ode nekat menceburkan diri ke air laut berwarna kelabu hanya dengan berbekal kaca mata selam.

"Di sini dalam. Mungkin sembilan meter. Lima meter saja belum ketemu dasarnya," kata La Ode saat kepalanya menyembul dari antara ombak lumayan besar.

La Ode kemudian naik kembali ke kapal klotok, kapal kayu sekitar enam meter yang digerakkan dengan mesin saat 12 orang lain sedang menunggunya.

Mereka ini merupakan merupakan gabungan dari Badan Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut Pontianak, Badan Konservasi Sumber Daya Alam Kaltim, Balai Karantina Ikan, hingga aktivis lingkungan untuk Teluk Balikpapan.

Mereka berupaya mengembalikan terumbu karang ke laut dengan mengandalkan satu kapal klotok yang membawa 13 orang dan satu perahu kecil tanpa penumpang.

Tak mudah menemukan kumpulan karang yang dangkal, terlebih saat air apsang dan gelombang besar.

"Yang kami cari karang kedalaman antara tiga hingga lima meter. Titik (GPS) harusnya di sini," kata Ricky, Kepala Satuan Kerja BPSPL.

Setelah berputar-putar di laut hampir setengah jam, jangkar kapal lain tersangkut di karang di kedalaman pendek, kira-kira kurang dari 5 meter dalamnya. Klotok kembali berhenti. La Ode langsung nyebur ke laut. Sesaat kemudian. kepalanya muncul di antara ombak.

"Ini dangkal," teriak La Ode.

Ricky menyusul menceburkan diri. Sama seperti La Ode, Ricky hanya menggunakan kaca mata dan menenteng kamera saku khusus menyelam.

KOMPAS.com/Dani J BPSPL Pontianak dan nelayan Kampung Baru sempat berupaya menyelamatkan karang lunak ini sebelum dilepas ke laut
Sambil berenang, La Ode dan Ricky kemudian menerima tiga bubu, perangkap ikan kerapu yang terbuat dari jaring kawat dan besarnya sepelukan pria dewasa, dengan hati-hati. Tiga bubu itu melekat terumbu karang muda yang masih berbunga.

Beberapa pria dewasa harus menyodorkan secara hati-hati bubu dari atas klotok ke keduanya. Setelah menerima bubu, Ricky dan La Ode segera menyelam sambil membawa bubu itu. Semua berlangsung kurang dari 10 menit.

Saat itu, matahari sudah terbenam dan menyisakan lembayung di Barat. Ricky mengatakan, ini adalah aksi penyelamatan terumbu karang dengan cara dilepaskan kembali ke laut.

"Bukan melakukan penanaman. Kita melakukan pelepasan saja, dengan harapan bisa terus hidup," kata Ricky.

Terumbu karang yang dikembalikan ke laut ini terlihat segar dan masih hidup. Tampak ada beberapa lunak warna putih maupun semu kelabu di tiap tonjolan seumpama bunga mini di dalam air.

Terumbu ini berjenis Zoanthid sp atau disebut juga karang lunak yang biasa hidup di air keruh dan berlumpur. Terumbu ini didapat setelah tertahan di jasa kurir di Bandara Udara Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan di Balikpapan pada minggu ke-3 Agustus 2016 lalu.

Dikemas dalam tiga koli berisi 350 keping terumbu dengan keseluruhan berat 60 kilogram. Terumbu tertahan lantaran tak dilengkapi izin angkut.

"Semua terkait pengiriman tumbuhan dan satwa harus dilengkapi SAT DN (Surat Angkut Tumbuhan dan Satwa Dalam Negeri). Kalau ke luar negeri SAT LN," kata Kepala Seksi Pengawas, Pengendalian, dan Informasi Badan Karantina, Yuni Irawati Wijaya.

Yuni mengatakan, balai karantina menjadi institusi yang menjaga agar semua yang dilindungi tidak begitu saja beredar, termasuk tumbuhan laut.

Kontributor Balikpapan, Dani Julius Zebua Husein, Koordinator Forum Peduli Teluk Balikpapan, juga turut dalam pelepasan terumbu karang ke laut Teluk Balikpapan..
"Kalau tidak ada surat izin angkut tidak bisa dikirim," kata Yuni.

Terumbu hanya dibungkus plastik dan kertas per kepingnya. Kondisinya masih segar dan basah. La Ode-lah si pengirim terumbu itu. Ia segera diperiksa, namun untungnya tumbuhan laut yang dikirim itu bukan termasuk yang dilarang dan dilindungi.

"Kami lakukan pembinaan saja. Dia juga tak tahu kalau harus ada izin angkut dan ada yang dilarang pula," kata Ricky.

Terumbu pun disita, lantas diupayakan bisa dikembalikan ke laut dengan cara ditempel di bubu. Atas bantuan beberapa nelayan Kampung Baru, Balikpapan, terumbu bisa bertahan hingga saat pelepasan di teluk hari ini.

Lokasi pelepasannya melintasi teluk. Jaraknya hampir setengah jam dari tepi pantai Balikpapan. La Ode bersedia melepaskannya sendiri ke kedalaman laut, saat itu.

Pesanan dari Jawa

Paket berisi karang lunak seberat 60 kilogram tertahan di Bandara Sepinggan di minggu ke-3 Agustus 2016. Isi paket tak biasa, yakni 350 keping karang lunak yang masih segar.

Paket itu sejatinya hendak dikirim ke Jogjakarta via kurir. La Ode, si pengirim, hanya bisa pasrah karena ketika barang disita lantaran tak menyertakan SAT DN pada paket itu.

"Untungnya semua biaya kirim dari si penerima. Saya rugi biaya mencari," kata La Ode.

Pria delapan anak ini mengaku tak tahu ada aturan perizinan di laut untuk seperti ini.

"Saya kira kirim-kirim saja," kata La Ode.

Dia sendiri merupakan nelayan yang sudah melaut sejak 1994 dengan tangkapan ikan rata-rata 5 kilogram per hari. Penghasilan dirasa tak cukup sehingga dia nyambi budidaya rumput laut. Gagal di rumput laut, dia beralih ke teripang.

Gagal lagi. Dia kemudian membuka toko kecil ikan hias air tawar dan air laut, termasuk hiasan akuarium dari dasar laut. Saat memiliki toko ini, La Ode sendiri yang mencari ikan dan hiasan dari dasar laut dengan cara menyelam. Sejak itu, orang semakin mengenal dirinya.

"Tak hanya beli ke toko. Mereka juga ada yang menghubungi lewat telepon minta dicarikan ini itu dari dasar laut. Paling dalam saya menyelam 9 meter," kata La Ode.

"Pernah ada yang meminta batu donat. Sebiji Rp 400.000. Tapi tidak pernah dapat. Orang lokal yang mencari," tambahnya.

Toko tak bertahan lama, tetapi permintaan via telepon masih berlangsung. Kali ini, ada yang menelepon untuk mencari terumbu karang laut yang masih hidup. Alasannya untuk menjadi hiasan sekaligus bisa menjernihkan air.

Karang itu nantinya dikirim ke Yogyakarta. Semua biaya pencarian dan pengiriman barang ditanggung oleh pembeli.

"Maka bisa saya carikan. Tapi tidak tahu ternyata ada izinnya," kata La Ode.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com