Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Abrasi Mengancam Rumah Penduduk di Pantai Sebatik

Kompas.com - 29/08/2016, 05:31 WIB
Sukoco

Penulis

NUNUKAN, KOMPAS.com – Abrasi pantai yang terjadi di wilayah perbatasan Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, membuat garis pantai berkurang hingga 10 meter selama 5 tahun terakhir.

Warga Kecamatan Sebatik, Nunukan, Wahyu, mengatakan bahwa hilangnya hutan mangrove di sepanjang pantai Pulau Sebatik membuat abrasi semakin parah.

"Tahun 2010 pantainya masih di sana, ada 10 meteran di depan. Sekarang pantainya sudah di kebun sawit warga," ujarnya, Senin (29/8/2016).

Aktivis lingkungan hidup di Sebatik ini mengaku cukup sering berkemah dengan komunitasnya di beberapa pantai yang ada di sepanjang Pulau Sebatik.

Upaya menanggulangi abrasi pantai telah dilakukan dengan membangun pemecah gelombang di sepanjang pantai Sungai Nyamuk. Namun, abrasi kembali mengancam Pantai Tanjung Aru sepanjang kurang lebih 5 kilometer.

"Paling parah di Kayu Angin. Dulu mangrovenya bagus, sekarang pada mati," kata Wahyu.

Akibat abrasi, satu rumah warga di Desa Manurung ambruk akibat pondasi tanah tergerus abrasi pada pertengahan Agustus lalu. Separuh rumah terlihat menggantung, sementara separuh rumah bagian belakang ambruk karena pondasinya runtuh ke laut.

Penghuni rumah, Hani, merasa khawatir jika sewaktu-waktu bagian depan rumahnya ikut roboh. Menurut dia, abrasi pantai di sepanjang Pantai Sebatik terjadi cukup cepat.

"Pantai itu makin dekat tiap tahun. Kita masih cari-cari lahan untuk pindah," ujarnya.

Data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Nunukan mencatat, lebih dari 10 rumah warga di bibir pantai masuk dalam kategori rawan longsor karena pondasi rumah mulai terkikis abrasi.

Kepala BPBD Kabupaten Nunukan Muhammad Amin mengimbau kepada masyarakat yang tinggal di sepanjang Pantai Sebatik untuk segera pindah dari rumah mereka karena kondisi rumah mereka sudah sangat mengkhawatirkan.

"Kita hanya bisa mengimbau agar warga pindah ke tempat yang lebih aman. Kita hanya bisa memantau daerah yang rawan bencana," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com