Imanuel kini menghabiskan masa tuanya di Kota Palngkaraya bersama anak-anaknya. Imanuel memiliki 11 anak dari dua istri. Istri pertama yang telah meninggal dikaruniai 8 orang anak, sementara istri kedua memiliki tiga anak.
Di masa tuanya itu, Imanuel terkadang meminta kepada anak-anaknya agar dibawa ke Desa Sambi, tempatnya mendarat dulu. Ia ingin menemui warga desa.
"Beliau selalu ingin ke Sambi, tapi kami anak-anaknya tak mengizinkan karena kondisinya yang sudah tidak memungkinkan. Bapak ingin agar masyarakat Kalteng tahu bahwa pejuang yang pernah mendarat di Sambi masih hidup," tutur Hernison.
Imanuel juga selalu berharap agar pemerintah bisa lebih memperhatikan sejarah yang melekat di kota Sambi. "Pemerintah harus melestarikan dan mengembangkan Desa Sambi, karena jika desa berkembang, sejarah juga akan terus dikenang," tutup dia.
Penerjunan 13 pasukan tersebut kemudian dikukuhkan 20 tahun kemudian, dengan keputusan Men/Pangau Nomor 54 Tahun 1967 tanggal 12 Oktober 1967 bahwa tanggal 17 Oktober 1947 sebagai hari jadi Komando Pasukan Gerak Cepat (Kopasgat) yang sekarang dikenal dengan nama Korps Pasukan Khas Angkatan Udara (Korpaskhasau).
Tak hanya itu, Imanuel kini juga menjadi pahlawan bagi warga Desa Sambi. Di desa yang letaknya jauh di pedalaman Kalimantan Tengah ini, berdiri sebuah patung penerjun sebagai simbol bahwa ditempat itu pernah dijadikan lokasi pendaratan penerjun payung pertama Indonesia.
Imanuel juga dielukan warga, hal itu terlihat saat rombongan Wing II Paskhas bersama Imanuel menggelar Napak Tilas di Desa Sambi. Ratusan warga desa berbondong-bondong mendatangi lokasi dan menyalami pahlawannya itu.
"Bagi warga Sambi, Imanuel adalah sosok pahlawan. Ia menjadi pelecut semangat, simbol perjuangan dan keberanian seorang prajurit. Itu yang menjadi motivasi para warga Desa Sambi," kata Kepala Desa Sambi, Dusul Susanto.
"Kehadiran Imanuel sebagai pelaku sejarah dalam napak tilas ini merupakan suplemen dan motivator bagi generasi muda prajurit Paskhas untuk lebih memaknai perjuangan para pendiri dan pejuang kemerdekaan dalam mempertahankan eksistensi NKRI," kata Komandan Wing II Paskhas, Kolonel Pas Ari Ismanto.
"Selain itu, kehadirannya juga sebagai cambuk bagi prajurit untuk menjadi prajurit profesional yang dicintai rakyat dalam pengabdiannya kepada bangsa dan negara," sambung dia. (Fahrizal Syam)
Artikel ini sudah tayang di Tribun Timur dengan judul Kisah Imanuel Nuhan, Penerjun Payung Pertama Indonesia
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.