Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wisata Medan yang Dihidupi Kreativitas Warganya

Kompas.com - 23/08/2016, 20:26 WIB

MEDAN, KOMPAS - Citra Kota Medan memburuk begitu dua wali kotanya berturut-turut tersandung kasus korupsi dan mendekam di penjara.

Birokrasi terguncang dan keikutsertaan warga dalam pemilihan kepala daerah akhir tahun lalu hanya 30 persen. Namun, daya hidup dan kreativitas warga di ibu kota Sumatera Utara ini tidak pernah mati.

Daya hidup dan kreativitas itulah yang selama ini menggerakkan kota, termasuk wisatanya. Kedai kopi dan restoran baru bermunculan, hotel baru terus dibangun, wisata kota yang kebanyakan dikelola pribadi atau yayasan semakin mengemuka. Tren kunjungan wisatawan ke Medan pun terus meningkat.

"Saya heran juga banyak kunjungan ke istana kami. Pada hari biasa kunjungan mencapai 500 orang. Kalau hari libur sampai 1.000 orang," kata penerima tamu Istana Maimoon yang juga mantan Sekretaris Yayasan Al Mahsum, pengelola Istana Maimoon, Tengku Moharsyah, Selasa (2/8/2016).

Begitu Istana Kasultanan Deli itu dibuka, Selasa pagi itu, belasan ibu dari Padang, Sumatera Barat, masuk ke dalam istana seluas 2.772 meter persegi tersebut. Mereka lalu berdandan ala bangsawan Melayu yang baju dan aksesorinya bisa disewa di Istana Maimoon, kemudian berfoto bersama.

"Klik". Senyum lebar mengembang. Pengunjung senang, pengelola istana pun mendapatkan pemasukan.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, kunjungan wisatawan asing yang masuk melalui Bandar Udara Internasional Polonia yang pada 2013 berpindah ke Kualanamu tercatat sebanyak 248.181 orang. Pada 2014, kunjungan wisatawan naik menjadi 259.493 orang. Namun, pada tahun 2015 menurun menjadi 218.734 orang, diduga ini karena bencana asap akibat kebakaran hutan dan lahan yang melanda Sumatera.

Kebanyakan wisatawan hadir di Kota Medan untuk urusan bisnis, atau menjadikan Medan sebagai kota transit untuk berwisata ke daerah lain, seperti ke wisata alam Tangkahan di Kabupaten Langkat, yang berada di pinggiran Taman Nasional Gunung Leuser.

Seperti Istana Maimoon, destinasi wisata di Kota Medan kebanyakan dikelola oleh pribadi atau yayasan. Tjong A Fie Mansion, misalnya, kediaman saudagar besar di Medan dan tokoh Kota Medan di Jalan Kesawan, Medan, itu dikelola oleh keluarga Tjong A Fie.

Rahmat International Wildlife Museum and Gallery yang menyimpan ribuan hewan yang diawetkan dan dibuka untuk umum merupakan milik pengusaha dan anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Rahmat Shah. Penangkaran buaya muara di Asam Kumbang, Medan Sunggal, yang memiliki lebih dari 2.000 ekor buaya dikelola pasangan Lo Than Muk-Lim Hui Cu.

KOMPAS/AUFRIDA WISMI WARASTRI Gereja Santa Maria Annai Velangkanni menambah destinasi wisata di Kota Medan yang multikultur.
Selain itu, ada situs-situs keagamaan seperti Masjid Raya Al Mashun Medan yang dibangun pada 1906; Gereja Annai Velangkanni, gereja Katolik berarsitektur kuil; Kuil Shri Mariamman, kuil Hindu tertua di tengah kota Medan yang dibangun pada 1884; juga Wihara Gunung Timur, wihara megah tempat sembahyang umat Buddha. Situs keagamaan yang menunjukkan keunikan Medan sebagai kota yang multikultur itu juga dikelola para pengurus setiap tempat ibadah tersebut.

Kini muncul destinasi baru, yakni Museum Perkebunan Indonesia, yang diinisiasi oleh para pegiat perkebunan. Museum ini belum dibuka untuk umum. Namun, beberapa alat transportasi perkebunan, seperti pesawat dan lokomotif, sudah dipajang di depan museum. Selain itu, beberapa situs bisa dikembangkan menjadi obyek wisata, misalnya situs Kota China di Kecamatan Medan Mareland.

Wisata kuliner pun terus tumbuh di Medan. Di Jalan Kruing, misalnya, yang dahulu hanya dikenal sebagai lokasi penjualan kue satu bolu, kini satu ruas jalan tersebut sudah dipenuhi oleh toko oleh-oleh khas Medan.

Warung makan kaki lima di Jalan Pagaruyung atau Jalan Semarang juga tak pernah sepi pengunjung. Restoran-restoran sudah menjadi tujuan wisata, seperti restoran Tip Top yang berdiri pada 1929 dan berada di Jalan Kesawan sejak 1934.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com