Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Kopi yang Membuat Gunung Puntang Kembali Berseri

Kompas.com - 22/08/2016, 11:47 WIB

KOMPAS.com - Kondisi Gunung Puntang di Kabupaten Bandung sudah lebih baik ketimbang 10 atau 15 tahunan lalu. Dibanding dulu, gunung tersebut sudah jauh lebih hijau. Para petani kopilah, salah satunya, yang membuat paras gunung ini kembali berseri.

Awal bulan Agustus. Musim panen kopi sudah hampir berakhir. Paras Ayi Sutedja (51) terlihat semringah. Ini panen kopinya yang pertama.

Ayi adalah satu dari ratusan petani kopi yang menggantungkan hidupnya di lahan milik Perhutani di kawasan Gunung Puntang, Kabupaten Bandung. Dibandingkan para petani kopi lain di sana, Ayi tergolong masih baru.

"Belum lama. Belum genap lima tahun," ujarnya di sela kegiatannya menjemur kopi di selternya yang sederhana tapi asri di kaki Gunung Puntang.

Selter yang dikelola Ayi berada di ujung Kampung Kolelega, Desa Pasirmulya, Kecamatan Banjaran, Kabupaten Bandung. Dari Jalan Ciapus di Alun-alun Banjaran bisa ditempuh dalam 20 menit. Ikuti saja jalan tersebut, dan hampir pasti tak akan tersesat.

Seperti selter-selter kopi umumnya yang banyak terdapat di Gunung Puntang, fasilitas selter yang dikelola Kelompok Tani Murbeng, tempat Ayi bergabung, lumayan komplet. Mulai dari tempat untuk mencuci dan menjemur kopi lengkap dengan dua greenhouse berukuran sekitar 3,5 meter kali delapan meter, bangunan utama untuk tinggal, ruang pulping dan ruang roasting, hingga lumbung kecil untuk menyimpan hasil panen.

"Kopi yang kami hasilkan memang belum banyak. Tapi ini hasil yang menggembirakan dan sangat menjanjikan," ujar Ayi.

Karena masih sedikit inilah, kata Ayi, kopi arabika yang ia dan kelompok taninya tanam baru untuk memenuhi pasar dalam negeri. Dengan makin menjamurnya kafe-kafe yang khusus menyediakan kopi, menurut Ayi, pasar di dalam negeri ini sebenarnya masih sangat luas.

"Yang diperlukan adalah membuka akses pasar untuk para petani agar mereka bisa bertransaksi langsung dengan para pembeli. Inilah yang sebenarnya kami perjuangkan, selain tentunya soal konservasi lahan yang sejak awal menjadi perhatian kami," kata Ayi, yang sejauh ini baru mengelola lima hektar lahan di Gunung Puntang.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com