Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tergeletak di Tanah Beralas Terpal, Selly Hanya Bisa Tersenyum dan Menangis

Kompas.com - 18/08/2016, 17:47 WIB
Hamzah Arfah

Penulis

GRESIK, KOMPAS.com – Mukhlis (35), ibunda Selly Anggraeni, balita berusia 3 tahun yang menderita hidrosefalus mengaku, tidak menyangka sang anak yang terlahir normal saat itu, kini kepalanya menjadi besar.

Warga RT2/RW1 Dusun Amburan, Desa Kandangan, Kecamatan Cerme, Gresik, Jawa Timur ini, menyebutkan, tidak mempunyai firasat apapun baik sebelum mengandung Selly maupun saat mengandungnya.

“Hanya saja, saya sempat minum obat untuk penyakit paru-paru yang saya alami, sampai kandungan berusia dua bulan,” ucap Mukhlis (35), Kamis (18/8/2016).

“Tahunya juga dari dokter. Waktu itu saya periksa dan sempat menanyakan hal itu, dan kemudian dilarang oleh dokter. Sejak saat itu, saya tak lagi minum obat untuk penyakit paru-paru itu sampai Selly lahir,” tambah dia.

Selly terlahir ke dunia dengan selamat layaknya bayi normal pada umumnya, dengan pertolongan bidan desa setempat bernama Anis. Namun 14 hari selang kelahiran, Selly mulai terlihat tidak seperti bayi normal lainnya.

Lantaran tidak mempunyai biaya, maka pasangan Khusaeri (44) dan Mukhlis pun tak terlalu merisaukan kondisi Selly yang mulai terlihat kurang normal waktu itu, yakni ukuran kepala Selly, terlihat mulai membesar.

“Baru saat Selly berusia tiga bulan saat kepalanya mulai terlihat besar sekali, saya coba membawanya ke puskesmas. Oleh pihak puskesmas, waktu itu disuruh periksa di rumah sakit Ibnu Sina. Dan oleh dokter yang ada di Ibnu Sina, Selly dirujuk ke rumah sakit Dr Soetomo di Surabaya, karena tempurung kepalanya sudah pecah,” beber Mukhlis.

Mengetahui hal itu, pihak keluarga pun mempercayakan sepenuhnya penanganan Selly kepada tim medis, sampai dua kali proses operasi dilakukan. Namun, menjelang usia 4 tahun ini, Selly masih tetap menderita penyakit hidrosefalus. Hanya ukuran kepalanya yang menyusut, dari yang semula lingkar 70 centimeter kini menjadi 63 centimeter.

“Meski tidak mempunyai banyak uang, tapi saya akan berusaha untuk terus mencari pengobatan yang terbaik untuk Selly. Baik dengan usaha secara medis maupun non-medis,” katanya.

Saat ini, Selly hanya bisa tersenyum dan menangis, tanpa bisa mengucapkan kata sedikitpun. Ia pun dikatakan Mukhlis, sering terkaget dan kemudian menangis dengan suara apa saja. Lantaran Selly sendiri tidak berada di ruang khusus, melainkan hanya di tempatkan di ruang tamu tanah beralaskan terpal.

“Bahkan kalau merasa kaget dengan suara, seperti suara motor yang knalpotnya dimodifikasi, tak jarang Selly menangis tujuh sampai delapan jam saat malam hari,” tuturnya.

Dari tinjauan medis, hidrosefalus atau akumulasi cairan di dalam otak yang menyebabkan kepala bayi membesar, bisa dideteksi sejak dalam kandungan. Penyebab hidrosefalus pun bermacam-macam, meski yang paling sering ditemui adalah karena kelainan bawaan sejak lahir yang disebabkan infeksi toksoplasmosis.

Hidrosefalus pun bukanlah penyakit turunan, penyakit ini juga bisa dicegah dengan cara pemeriksaan secara rutin sebelum dan selama kehamilan. Seperti tes TORCH (Toksoplasma, Rubela, Cytomegalovirus/CMV, dan Herpes simplex), bisa digunakan menjadi alternatif untuk mencegah bayi mengidap hidrosefalus.

Baca: Bantuan Pemerintah Rp 500.000, Khusaeri Gadaikan Gubuk demi Obati Anak Balita Hidrosefalus

Kompas TV Derita Haikal, Bocah Pengidap Hidrosefalus
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com