Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Derita Selly, Bocah 3 Tahun Pengidap Hidrosefalus

Kompas.com - 18/08/2016, 11:58 WIB
Hamzah Arfah

Penulis

GRESIK, KOMPAS.com – Seorang balita bernama Selly Anggraeni (3) hanya terbaring di tempat tidur karena menderita hidrosefalus.

Derita pilu yang harus dialami warga RT2/RW1 Dusun Amburan, Desa Kandangan, Kecamatan Cerme, Gresik, Jawa Timur. Meski pada awal kelahirannya, Selly disebut pihak keluarga terlahir normal seperti bayi pada umumnya.

“Saat awal kelahiran, Selly itu lahir seperti bayi normal pada umumnya. Ia pun terlahir dengan berat 2,5 kilogram. Ukuran kepalanya mulai membesar di luar kewajaran, saat ia berusia tiga bulan,” tutur ibunda Selly, Mukhlis, Kamis (18/8/2016).

Mengetahui anaknya mengidap penyakit tersebut, Mukhlis (35) beserta sang suami Khusaeri (44) mencoba memeriksakannya ke puskesmas terdekat. Tapi lantaran peralatan di puskemas terbatas, maka Selly pun kemudian dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ibnu Sina Gresik.

“Di Ibnu Sina, peralatannya juga kurang sehingga Selly waktu itu dirujuk ke RSUD Dr Soetomo yang ada di Surabaya. Bahkan, sempat dirawat di sana dan menjalani operasi sebanyak dua kali,” ungkapnya.

Operasi pertama dijalani Selly saat usianya masih delapan tahun, sedangkan kali kedua dijalani pada saat Selly berumur 1,5 tahun.

Meski demikian, volume kepala anak ketiga dari empat bersaudara pasangan Khusaeri dan Mukhlis tersebut, tak juga kunjung normal hingga saat ini.

“Hanya dibanding sebelum operasi, ukuran kepala Selly sekarang terlihat lebih kecil sedikit. Semula ukuran kepalanya itu sampai 70 sentimeter, kini sudah 63 sentimeter. Tapi tetap saja, ia masih belum bisa apa-apa dan membutuhkan perawatan khusus,” kata Mukhlis.

Selly yang terbaring terkadang terlihat tersenyum.

Orangtua Selly enggan menyerah begitu saja. Demi mengobati sang buah hati untuk dapat kembali hidup dengan normal, berbagai upaya pun dilakukan, termasuk menggadaikan rumah miliknya dan meminjam uang kepada rentenir.

“Bantuan dari pemerintah memang sudah ada. Tapi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan Selly sehari-hari. Seperti uang yang disalurkan melalui bidan desa setempat, yang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan Selly selama lima bulan saja. Sementara sisanya, kami harus berusaha sendiri,” tutur Khusaeri.

Dia sehari-hari berprofesi sebagai buruh tani serabutan di Desa Kandangan. Namun dikarenakan kondisi Selly yang membutuhkan perhatian khusus, membuat Khusaeri kerap meninggalkan pekerjaannya demi mengantar Selly berobat maupun menjaganya, bergantian dengan sang istri.

Padahal selain Selly, pasangan Khusaeri dan Mukhlis masih memiliki tiga anak lain yang harus dibiayai.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com