Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Surabaya Tempo Dulu, Rindu yang Menyesak

Kompas.com - 10/08/2016, 19:07 WIB

KOMPAS.com - Kota Surabaya sebenarnya hanya mempunyai wisata alam Pantai Kenjeran. Namun, upaya pemerintah kota yang terus menyempurnakan infrastruktur kota dan fasilitas umum menumbuhkan pesona tersendiri pada kota ini.

Segala yang asli, seperti bangunan, pasar tradisional, rumah-rumah tua di perkampungan Peneleh, Ketandan, Maspati, dan permukiman nelayan di Kenjeran, dipertahankan seperti sedia kala. Surabaya tempo dulu itu dibenahi lingkungannya tanpa mengubah bentuk dan letaknya.

Sekarang, hampir semua perkampungan tidak cuma tertata, tetapi kian asri.

"Tidak ada jalan atau gang kumuh meski sempit. Warganya pun berlomba menjaga kebersihan dan keasrian lingkungannya dan semua aksi warga didukung Pemerintah Kota Surabaya," kata Arief Triastika (35), yang memilih Kota Surabaya sebagai tempat tinggal keluarga meski bekerja di Jakarta.

Daya tarik Surabaya makin kuat karena banyak gedung dan kawasan bersejarah sudah dibenahi sehingga menarik dikunjungi meski harus berjalan kaki di tengah terik matahari. Kearifan lokal, seperti rumah bersejarah, perkampungan, pabrik gula sekarang menjadi kantor, pasar tradisional yang dipertahankan dan dibenahi tanpa mengubah bentuk aslinya, kata Ina Silas dari House of Sampoerna (HOS), menjadi daya pikat.

Dia mengatakan, HOS menyediakan bus wisata bagi turis untuk mengikuti Heritage Track secara gratis selama 1,5 jam. Peserta napak tilas wisata sejarahdi kota yang berusia 723 tahun ini akan diajak berkeliling ke tempat bersejarah, seperti Jembatan Merah, Tugu Pahlawan, Jembatan Petekan, Gedung Nasional Indonesia, dan perkampungan.

Tanpa menggusur

Keaslian kota tidak hanya dilakukan dengan tetap menjaga dan melestarikan bangunan-bangunan bersejarah, tetapi juga dengan penataan kota tanpa menggusur. Kawasan kota ditata, rumah penduduk dicat warna- warni, dan sarana ekonomi disiapkan. Akses ke segala penjuru kota pun dibuka sehingga dari barat ke timur dan utara ke selatan tanpa sekat lagi. Pemkot Surabaya pun terus melengkapi fasilitas umum agar warga semakin sejahtera.

Alasannya, pembangunan pasti memunculkan kreativitas warga dalam segala hal, terutama ekonomi. "Jika kota ini nyaman, investor berlomba menanam modal dan pengunjung pun pasti kian betah," begitu kata Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini saat meresmikan Jembatan Suroboyo sepanjang 800 meter di Kenjeran, 9 Juli lalu.

Menurut Kuncarsono Prasetyo (36), pengusaha kaus bermerek "Sawoong" yang tinggal di Peneleh, Pemerintah Kota Surabaya benar-benar mempertahankan kearifan lokal dalam membenahi lingkungan kota. Dengan penataan perkampungan ini, kini semakin banyak turis asing yang mengunjungi Surabaya.

"Turis asing dari Jerman, Belanda, dan Perancis meningkat jumlahnya dan datang sebagai backpacker. Mereka blusukan dari kampung ke kampung melihat rumah tempat lahir Bung Karno, rumah Cokroaminoto, lalu ke makam Wage Rudolf Soepratman serta perkampungan Peneleh dan Pasar Pabean," kata mantan wartawan yang siap memandu turis napak tilas di kawasan Peneleh ini.

Untuk mendukung mobilitas warga dan siapa pun yang berkunjung ke Surabaya, pemkot kini tengah menyiapkan pembangunan transportasi massal trem dan monorel. Sayangnya, di tengah upaya besar itu, armada dan rute angkutan kota masih minim. Belum ada penitipan barang di terminal, stasiun kereta api, dan tempat umum, termasuk brosur "isi perut" kota ini.

Padahal, brosur bisa menginformasikan peta, rumah sakit, tempat wisata, pasar tradisional, pertunjukan seni dan budaya, taman, restoran, serta warung makan, termasuk rute angkutan kota dan kampung unggulan. Apalagi, fasilitas MICE atau pertemuan, insentif, konvensi, dan pameran sudah memadai untuk kegiatan tingkat internasional dengan peserta hingga 5.000 orang.

"Singapura sudah menyediakan brosur cuma-cuma di stasiun, terminal, dan bandara, bahkan tempat umum, sehingga turis lebih mudah menjelajahi kota ini karena termasuk rute bus, kereta, dan angkutan kota misalnya," kata Kuncarsono yang mulai menawarkan paket Heritage Walk bagi turis di kawasan Peneleh.

Tertata dan nyaman

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com