SEMARANG, KOMPAS.com – Menjadi dai atau penyiar agama ternyata tak menghalangi seorang untuk mempunyai prestasi belajar. Jadwal belajar sembari menjadi aktivis kampus dan berdakwah di masyarakat ternyata bisa dijalankan bersama.
Rutinitas itu dijalankan selama empat tahun hingga pada akhirnya mendapat prestasi tinggi.
Di Kota Semarang, Jawa Tengah, Fitri Kholila (22) merasakan hal itu. Ia didapuk sebagai lulusan terbaik di kampus Universitas Islam Negeri Walisongo, Semarang dengan indek prestasi kumulatif 3,93. Ia mengalahkan 985 wisudawan lain yang diwisuda hari itu.
Fitri tampak biasa dengan hal itu, sesekali bersyukur karena mampu mengerjakan tiga hal sekaligus dalam masa studinya empat tahun.
“Saya menjadi dai sejak SMA, sejak 2010. Di rumah sering diminta menjadi dai hingga sekarang,” kata gadis 22 tahun ini, Kamis (28/7/2016).
Seusai lulus SMA, ia melanjutkan pendidikannya menyebrang ke pulau Jawa. Di tempat baru ini, ia juga menjalani kebiasaan lamanya berdakwah. Di sela waktu senggang kuliah, ia mengiyakan permintaan dakwah di luar kota Semarang.
“Ada di beberapa kota, terakhir kemarin di Sukoharjo. Saya enggak masang tarif berapa, dikasih terima, kalau tidak ya tidak apa-apa. Tapi biasanya dikasih sebagai uang jajan,” ujar dia.
Semasa kuliah, ia menghabiskan waktunya belajar dan beraktivitas di kampus. Perkenalannya dengan berbagai pihak inilah yang menjadikan pergaulannya semakin luwes.
“Saya dapat IPK 4,0 di dua semester, semester lima dan semester enam,” imbuh dia.
Orangtua Fitri, Muthaminnah memang menyiapkan putrinya sejak kecil menjadi dai. Sejak sekolah di bangku dasar, ia mengajarkan teknik berpidato di depan umum, serta menyampaikan materi-materi agama.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.