Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Guru yang Cubit Muridnya dan Orangtua Sepakat Damai

Kompas.com - 15/07/2016, 09:19 WIB

SIDOARJO, KOMPAS — Perkara guru yang mencubit muridnya karena tidak mengikuti kegiatan sekolah di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, kembali disidangkan di Pengadilan Negeri Sidoarjo, Kamis (14/7/2016).

Sidang dengan agenda pembacaan tuntutan ini akan diwarnai penyerahan hasil kesepakatan damai dari kedua belah pihak.

"Penyerahan kesepakatan damai secara resmi akan dilakukan pihak pelapor kepada hakim. Namun, sebelumnya, kami sudah menyerahkan salinan kesepakatan damai itu kepada jaksa penuntut umum dan Ketua Pengadilan Negeri Sidoarjo," kata Ketua Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum (LKBH) Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Sidoarjo HM Gufron di Sidoarjo, Rabu (13/7/2016).

Dalam kasus ini, pelapor adalah orangtua murid Yuni Kurniawan, anggota TNI AD. Ia melaporkan Samhudi, guru sekaligus Wakil Kepala SMP Raden Rahmat Kecamatan Balongbendo, Sidoarjo, kepada polisi dengan tuduhan penganiayaan terhadap siswa bernama AR, anak pelapor.

Guru Samhudi diduga mencubit AR karena siswa itu tidak melaksanakan shalat Duha yang diselenggarakan sekolah. Akibat cubitan itu, korban mengalami memar di lengan kanan. Selain mencubit AR, Samhudi juga mencubit puluhan murid lain yang tidak melaksanakan kegiatan sekolah dengan baik.

Perkara ini disidangkan di PN Sidoarjo pada 28 Juni dengan agenda pembacaan tuntutan. Namun, karena jaksa belum siap membacakan tuntutan, sidang ditunda. Saat itu, sidang dihadiri ratusan guru yang ingin memberikan dukungan moral kepada terlapor.

Hasil mediasi

Wakil Bupati Sidoarjo Nur Achmad Syaifuddin mengatakan, kesepakatan damai ditandatangani kedua pihak pada Sabtu (2/7/2016) pukul 23.00 di rumah Ketua PGRI Sidoarjo Suprapto. Kesepakatan itu merupakan hasil mediasi yang diupayakan berbagai pihak, termasuk Pemkab Sidoarjo, PGRI, dan Komando Distrik Militer 0816 Sidoarjo.

"Dalam kesepakatan itu, kedua pihak setuju menyelesaikan perkara secara damai. Pelapor setuju mencabut laporannya dengan syarat anaknya diterima di sekolah yang diinginkan. Saat perkara ini mencuat, anak pelapor sulit mendaftar sekolah karena pihak sekolah trauma dengan kejadian itu," ujar Nur Achmad.

Nur Achmad mengakui kesepakatan damai tidak akan menghentikan proses persidangan. Namun, pihaknya berharap kesepakatan damai itu menjadi bahan pertimbangan hakim dalam menangani perkara sehingga mampu menghasilkan keputusan yang akan berdampak positif bagi semua pihak.

Oleh karena itulah, dia berinisiatif menyerahkan kesepakatan damai kepada Ketua PN Sidoarjo, Selasa (12/7/2016).

Harapannya, pengadilan bisa memberikan tanggapan positif terhadap perkara itu dan mampu memberikan keputusan secara obyektif bagi semua pihak. Tanpa menyudutkan salah satu pihak.

Menurut Nur Achmad, perkara guru mencubit murid ini harus dijadikan pelajaran berharga bagi dunia pendidikan. Semua pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan, baik pihak sekolah, guru, maupun wali murid, harus introspeksi diri. Mereka harus berbenah agar dunia pendidikan di negeri ini menjadi lebih baik.

Jaksa Andrianis yang dikonfirmasi secara terpisah membenarkan adanya pertemuan dengan Ketua LKBH Sidoarjo dan penyerahan kesepakatan damai. "Sudah kami terima (kesepakatan damai) Senin lalu," kata Andrianis. (NIK)


Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 14 Juli 2016, di halaman 24 dengan judul "Guru dan Wali Murid Sepakat Damai".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com