Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Ngabuburit" bersama "Jogja Garuk Sampah"

Kompas.com - 23/06/2016, 10:41 WIB
Wijaya Kusuma

Penulis

Khusus bulan puasa ini, kegiatan Jogja Garuk Sampah dimulai pada pukul 16.00 WIB sampai waktu berbuka puasa. Jadi namanya ngabuburit dengan Garuk Sampah.

Terkait pendanaan untuk membeli trash bag, sarung tangan, dan masker, semuanya dari swadaya. Jadi setelah kegiatan semua yang ikut memberikan uang seikhlasnya untuk dana keperluan bersih-bersih.

"Dana urunan, biasanya kita istilahnya muter topi setelah bersih -bersih. Kalau snack sendiri-sendiri, tapi kadang ada warga yang datang lalu memberikan makanan untuk kita," kata Maulana.

Menurut dia, saat ini Jogja Garuk Sampah juga sedang konsen membersihkan dan mengurangi sampah-sampah visual pariwara yang tertempel di dinding atau tiang listrik. Sebab, di Yogyakarta banyak terdapat sampah visual yang mengganggu estetika.

"Pelaku atau panitia yang menempel pariwara berupa poster tidak pada tempatnya kita hubungi lalu kita minta melepas," tandasnya.

Garuk sampah sekaligus sedekah

Jogja Garuk Sampah, kegiatan yang berdiri satu tahun lalu ini, ternyata tidak hanya membersihkan sampah. Namun, lewat sampah, mereka juga membantu sesama yang membutuhkan.

"Kita ada semacam semboyan. Garuk, netel, pilah, sedekah, dan pindahkan," ujar Bekti Maulana.

Maulana menjelaskan, Garuk artinya mengangkut sampah. Netel dalam bahasa Indonesia artinya melepas. Jadi melepas poster iklan di tembok dan tiang listrik.

"Nah, pilah ini berarti memisahkan sampah-sampah. Mana yang bernilai ekonomis, mana yang tidak," sebutnya.

Ketika ada sampah yang bernilai ekonomis atau laku dijual maka akan dikumpulkan tersendiri. Setelah terkumpul banyak lalu dijual. Uang hasil menjual sampah-sampah itu, lanjutnya, tidak lantas dibagi, tetapi disumbangkan kepada orang-orang yang membutuhkan.

"Ini sedekah, jadi ini benar-benar murni sosial. Membersihkan lokasi dari sampah dan membantu sesama dengan hasil jual sampah," tandasnya.

Lalu arti pindahkan adalah sampah-sampah yang tidak laku dijual akan dibawa ke tempat pembuangan akhir (TPA).

"Siapa pun jika ingin gabung sila kan saja, tidak perlu daftar. Bisa ikuti medsos kami untuk mengetahui jadwalnya," kata dia.

Maulana berharap komunitas Jogja Garuk Sampah tidak abadi dan segera lenyap. Sebab, jika komunitas itu tidak aktif melakukan kegiatan membersihkan lokasi-lokasi, dapat diartikan semuanya telah bersih dan warga maupun wisatawan telah memiliki kesadaran membuang sampah pada tempatnya.

"Harapan saya, Garuk Sampah segera lenyap diganti dengan kesadaran masyarakat yang semakin tinggi serta pemerintah yang mengedepankan kebersihan lingkungan," pungkasnya. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com