Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cari Penyebab Kematian, Bangkai Paus Dibedah Sebelum Dikubur

Kompas.com - 18/06/2016, 09:02 WIB
Ahmad Faisol

Penulis

PROBOLINGGO, KOMPAS.com - Peristiwa terdamparnya puluhan ekor paus di Desa Pesisir, Kecamatan Gending, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, membuat kalangan akademisi turun tangan.

Sebagian paus dikembalikan ke perairan, tetapi sebagian mati. Paus yang mati tersebut dibedah untuk diteliti. Hingga kini, penyebab matinya paus belum bisa langsung diketahui. Hasil pembedahan diuji dan diteliti di laboratorium. Diperkirakan, penyebab matinya paus baru bisa diketahui sebulan lagi.

Hingga Jumat (17/6/2016), 12 ekor paus telah mati. Paus tersebut dikubur layaknya manusia oleh warga setempat.

(Baca juga: Bangkai Paus Diberi Kain Kafan, Makamnya Dipasangi Nisan dan Ditaburi Bunga)

Dokter hewan dari Universitas Airlangga Lina Susanti yang datang ke lokasi terdamparnya paus menjelaskan, terdamparnya paus itu disebabkan beberapa faktor. Di antaranya, paus tersebut sakit, paus sudah tua, dan kawanan paus yang cari makan. Saat mencari makan, kawanan paus itu terlalu ke pinggir sehingga mereka tak bisa kembali ke tengah saat air laut surut.

"Kematian sejumlah paus pilot sendiri perlu diteliti. Untuk mengetahuinya kita mengambil sejumlah sampel berupa organ dalam seperti mata, hati, dan usus. Sampel itu akan diuji di laboratorium Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Unair. Paling cepat satu bulan baru diketahui hasilnya,” katanya.

Sejumlah paus yang telah mati tampak dibedah oleh tim patologi klinik hewan Surabaya. Tim ini, bertugas mendiagnosa penyebab terjadinya kematian pada paus. Mereka membedah bagian mulut untuk melihat kondisi lidah dan mengambil sampel.

Selain itu, tim juga membedah bagian perut untuk melihat bagian otot dan mengambil sampel daging serta tulang. 

 

Kompas TV Relawan Bedah 10 Paus Mati di Jatim
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com